Ingin Persembahkan Mahkota untuk Kedua Orang Tua di Akhirat Kelak, Motivasi jadi Seorang Hafiz
Pesantren Nuris – Menghafalkan Al Qur’an barangkali bukan menjadi hal yang mudah bagi kebanyakan orang. Akan tetapi, bukan berarti tak bisa dilakukan setiap orang, Ahmad Thufail, siswa inspiratif MA Unggulan Nuris ini membeberkan 5 kunci mudah hafalkan Al Qur’an hingga khatam 30 juz. Bagaimana langkah-langkahnya? Ayo kita simak saksama!
Putra dari bapak Taufikul Bari dan ibu Nurul Hidayati ini berhasil mengkhatamkan hafalan Al Qur’an 30 juz pada 07 Maret 2025 lalu. Keberhasilan santri yang duduk di kelas XI PK 4 MA Unggulan Nuris ini turut menambah hafiz di Pesantren Nuris Jember. Ini menjadi torehan yang membanggakan sebab menunjukkan keberhasilan program unggulan Tahfizul Qur’an di pesantren sekaligus lembaga MA Unggulan Nuris.
“Alhamdulillah proses belajar Al Qur’an di MA Unggulan Nuris berjalan lancar dan nyaman-nyaman saja. Bersyukur saya bisa khatam 30 juz sebelum lebaran kemarin. Ini sesuai target saya sebelum lulus dari madrasah. Semoga semakin lancar dan terus istikamah muraja’ah. Di akhirat kelak, saya bisa mempersembahkan mahkota untuk kedua orang tua.” Tutur Thufail, sapaan akrabnya.
(baca juga: Terkesan Pengalaman NSEP di Tiga Negara ASEAN, Siswa MA Unggulan Nuris Khatam Nazam Alfiyah 1002 Bait)
Menurut santri cerdas asal Situbondo tersebut, berdasarkan pengalaman mengaji dan menghafalkan Al Qur’an di Pesantren Nuris Jember setidaknya ada 5 kunci mudahnya. Yang pertama, santri harus membuat jadwal tersendiri untuk menghafalkan selain jadwal yang disediakan oleh sekolah dan pesantren.
Yang kedua, mengusahakan membaca hafalan Al Qur’an ketika salat lima waktu agar mudah lekat dan lancar. Ketiga, santri harus sering muraja’ah bersama guru pembimbing. Keempat, seperlunya meminta motivasi dari para guru untuk menjaga semangat belajar dan menghafal Al Qur’an dengan tetap menghormatinya. Terakhir kelima adalah sebisa mungkin tetap melakukan hobi semisal olahraga, baca buku untuk mengusir bosan dan tetap memperlancar aliran darah.
Prinsip yang dipegang teguh oleh santri cerdas kelahiran Situbondo, 21 September 2007 mempelajari Al Qur’an adalah “sebaik-baiknya setiap orang adalah yang belajar Al Qur’an dan mengamalkannya”. Kelak, Thufail ingin menjadi guru MI, ingin mencetak generasi Qur’ani sejak dini meski juga sempat terbesit ingin kuliah pertahanan militer. Apa pun impiannya, semoga yang terbaik dan tercapai, amin.[AF.Red]