Wali Songo bukan sekadar Tonggak Islam Nusantara, Melainkan Dasar Sains dan Teknologi yang Mumpuni
Pesantren Nuris – KH. Ahmad Baso mengulas perjuangan wali songo dengan cermat dan inspiratif. Soal penyebaran Islam, karya besar Wali Songo, peran pesantren dalam kedaulatan bangsa, dan revolusi industri 4.0 yang merambah pesat dewasa ini. Kesempatan tersebut disampaikan dalam Seminar Islam Nusantara yang diselenggarakan di Aula Pesantren Nuris Jember pada hari Senin, 31 Desember 2018.
“Membahas Islam terlepas dari perjuangan Wali Songo itu ibarat berlayar di Samudera tanpa Nahkoda. Artinya, persebaran Islam di negeri ini punya karakter sendiri yang tidak terlepas dari tradisi lokal. Islamisasi sama sekali tidak memusnahkan kearifan lokal setiap daerah di nusantara.” Ungkap KH. Ahmad Baso, penulis bukun Pesantren Studies tersebut.
(baca juga: Peserta NEC 2018 Takjub, Broadcasting Nuris Keren)
“Justru, kearifan lokal setiap daerah menjadi sarana penyebaran Islam di Indonesia ini. Sehingga Islamisasi berjalan damai, beriringan, dan dapat diterima semua kalangan. Dan yang terpenting lagi, Wali Songo bukan sekadar ulama, mereka juga ilmuwan andal, menguasai sains dan nusantara ini menjadi tonggak penelitiannya.”
Segenap santri Pesantren Nuris Jember yang mengikuti seminar tersebut antusias dan bersemangat. Mereka diharapkan mampu menerapkan keilmuwan Wali Songo dalam kehidupan modern saat ini. Dengan berbagai tantangan zaman, khususnya perkembangan teknologi yang pesat, KH. Ahmad Baso optimis, santri Nuris sangat mampu.
“Ini kan peserta seminarnya sudah mahir dalam menulis. Beberapa sudah menjuarai lomba karya ilmiah, dan sastra tingkat nasional. Saatnya ini menjadi tugas besar kalian. Baca karya-karya besar Wali Songo, ya paling tidak baca dulu buku karya Ahmad Baso.” Tegas Dosen UIN Maliki Malang ini.
(baca juga: Smart Game dan Keseruan Peserta NEC 2018 Latihan Pramuka di Pesantren Nuris Jember)
Revolusi industri 4.0 harus menjadi sarana pengembangan Islam Nusantara di Indonesia. Santri Nuris diyakini mampu menguasai sains dan berkarya seperti halnya Wali Songo. Perlahan dan pasti, santri tidak lagi membahas hal-hal yang dasar, tetapi sudah membahas kemajuan berpikir, sains dan terapannya.[AF.Red]