Tradisi Lebaran sebagai Wajah Islam Nusantara

Tradisi Lebaran sebagai Wajah Islam Nusantara

Penulis: M Irfan Sholeh*

Penghujung bulan suci Ramadan sudah di depan mata, itu artinya Lebaran atau Idul Fitri akan segera tiba. Namun tahukah anda asal-usul kata lebaran tersebut? Selama ini mungkin kita bertanya-tanya mengenai asal-usul kata “lebaran” karena memang kata ini bukan berasal dari bahasa Arab. Jadi munurut MA Salamun dalam artikelnya yang dimuat majalah “sunda”  tahun 1954, istilah lebaran ternyata berasal dari tradisi Hindu, yang berarti “Selesai, Usai, atau Habis” dalam konteks ini menandakan berakhir atau habisnya masa puasa Ramadan.

Kuat dugaan bahwa istilah “lebaran” diperkenalkan oleh para wali sanga agar umat Hindu yang baru masuk Islam saat itu tidak merasa asing dengan agama baru yang dianutnya. Begitulah wali sanga mengenalkan Islam di Indonesia yang notabene masyarakatnya beragama Hindu dan Budha. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata lebaran diartikan sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan.

(baca juga: 4 Macam Hukum Puasa yang Harus Diketahui)

Berbagai persiapan yang dilakukan masyarakat, baik sebelum maupun sesudah lebaran menjadikannya sebagai Adat, Tradisi atau kebiasaan masyarakat beragama Islam di Indonesia. Indonesia yang mayoritas pendudukanya beragama Islam, memiliki beragam cara untuk menyambut maupun merayaka lebaran. Keberagamaan tradisi masyarakat yang dilakukan oleh penduduk Indonesia dari berbagai daerah ini memiliki tujuan yang tidak jauh beda, yaitu untuk merayakan kebersamaan saat Idul Fitri. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu kekayaan tradisi yang dimiliki Indonesia. Lalu apa sajakah tradisi-tradisi tersebut?

pertama: Mudik.  Nampaknya darah perantau begitu lekat dengan bangsa Indonesia, banyak sekali orang yang bertansmigrasi meninggalkan kampung halaman hanya untuk memperbaiki keadaan ekonominya. Dan tak jarang dari mereka yang menemukan jodoh di tempat perantauwannya. Sehingga ketika momen hari raya tiba, dijadikannya sebagai waktu berharga untuk pulang ke kampung halaman. Mudik, tradisi yang hanya terjadi ketika hendak lebaran, bahkan mungkin Indonesia telah menjadi negara dengan masyarakat yang paling banyak melakukan perjalanan pulang kampung di musim lebaran. Puluhan juta orang akan bepergian melintas antar pulau, hal ini menunjukkan betapa tradisi mudik ini sangat besar dan terus terjadi hingga saat ini. Melihat wilayah indonesia yang sangat luas, itulah sebabnya mengapa bepergian atau merantau menjadi sebuah hal yang memisahkannya dengan keluarga selama bertahun-tahun. Dan lebaran menjadi momen yang pas untuk bisa pulang dan berkumpul dengan sanak keluarga di kampung halaman.

Kedua: THR (tunjagan hari raya) THR adalah sejumlah uang atau bisa juga berupa pakaian yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya di Hari Raya. Pemberian uang semacam ini dimaksudkan sebagai hadiah atau pemberian istimewa pada momen yang istimewa pula. Namun belakangan, bukan hanya perusahaan saja yang memberikan THR kepada karyawannya. Masyarakat pada umumnya juga menyediakan uang yang akan mereka bagikan kepada anak-anak kecil yang datang kerumahnya. Pemberian THR ini paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak.

ketiga: Baju baru. Kebiasaan mengenakan baju baru ketika momen lebaran, juga sudah menjadi tradisi di masyarakat. Meski hanya sekedar simbol saja mengenakan baju baru, hal ini sudah identik dengan perayaan Lebaran setiap tahunnya. Terlebih sudah menjadi kebiasaan masyarakat, hal ini yang dijadikan kesempatan oleh berbagai pusat perbelanjaan untuk memberikan diskon sebanyak-banyaknya terlebih ketika mendekati Hari Raya. Oleh karena itu tradisi tahunan ini langgeng hingga sekarang.

keempat: Halal Bi Halal. Meski saat ini hanya untuk sekedar mengucapkan selamat Lebaran bisa saja menggunakan smartphone kepada kawan, kerabat dan sanak family. Tetapi bagi sebagian besar masyarakat acara Halal Bi Halal atau salam-salaman tetap menjadi agenda wajib setiap Leabaran tiba. Maka tak heran jika sodara yang jauh sekalipun akan bertandang ke rumah kita hanya untuk Halal Bi Halal. Terlebih untuk anak-anak, acara ini sangat ditunggu-tunggu karena meraka akan mendapat Ampau dari sanak sodaranya.

(baca juga: Ramadan dan Serba-Serbi Kehidupan Pesantren)

 kelima: Takbir keliling dengan Bedug. Malam hari Lebaran, menjadi tradisi yang tak pernah terlewatkan untuk selalu dilakukan. Kemeriahan malam takbir ini selalu dilengkapi dengan kumandang Takbir sebagai ungkapan rasa syukur karena telah selesai menunaikan ibadah puasa sebulan penuh. Kemeriahan malam hari raya kurang lengkap rasanya jika tidak mengadakan Takbir keliling menggunakan Bedug. Pada momen ini akan terlihat bagaimana masyarakat senantiasa akan beramai-ramai turun kejalan menabuh bedug sembari mengumandangkan takbir. Tradisi yang paling ditunggu-tunggu dipenghujung ramadhan.

keenam: Ketupat. Perayaan lebaran kurang lengkap rasanya jika tak ada ketupat di dalamnya. Makanan khas lebaran ini biasanya akan disajikan bersama opor ayam, rendang, semur dan tambahan makanan lainnya. Meski terbilang cara penyajiannya berbeda-beda setiap daerah, namun ketupat sudah menjadi panganan wajib yang selalu disajikan kala lebaran. Ketupat lebaran menjadi sebuah sajian yang istimewa, sebab semua orang akan menyantapnya dengan bahagia, dimana seluruh anggota keluarga beserta sanak sodara berkumpul dan menyantapnya bersama-sama. Tak heran jika bedug dan ketupat menjadi simbol perayaan Hari Raya atau Lebaran.

ketujuh: Nyekar. Nyekar atau ziarah sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesai turun temurun. Memanjatkat do’a bagi saudaranya yang telah meninggal dengan menghadiri langsung dan berdo’a diatas keburannya. Lebaran menjadikan momen yang pas untuk melakukan tradisi ini. Biasanya hal ini akan dilakukan selepas shalat Ied di pagi hari lebaran pertama.

Keberagaman tradisi menjelang atau sesudah Lebaran itu merupakan budaya atau tradisi yang diturunkan oleh leluhur kita. Yang hanya ada dan dilakukan oleh orang beragama Islam di Indonesia. Maka kemudian segenap hal ihwal yang telah dijelaskan diatas merupakan bentuk keberagaman ber-agama di negeri ini. Yang belakangan di kenal dengan istilah Islam Nusantara. Islam dengan ciri khas tradisi orang Indonesia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh K.H Said Aqil Siroj (ketua umum PBNU) beliau mengatakan,

“Islam Nusantara bukan aliran, mazhab, atau sekte, melainkan Islam yang menghormati budaya dan tradisi Nusantara yang telah ada sudah lama dan tidak bertentangan dengan syari’at”

Hal senada juga diungkapkan oleh KH Ahmad Baso, pengarang buku Islam Nusantara. Beliau menuturkan bahwa yang dimaksud dengan Islam Nusantara adalah “Islam Nusantara itu islam yang diperkaya dengan tradisi ke-Indonesiaan”

Maka tampak jelas jika beramagam tradisi khusunya beberapa tradisi diatas sangat jauh dari kata melenceng dari syari’at dan bisa diterima sebagai salah satu kekayaan tradisi yang dimiliki bangsa ini, serta sebagai bagian dari wajah Islam Nusantara itu sendiri. Terlepas dari itu semua kita harus bangga dengan banyaknya tradisi di negeri ini, yang bisa jadi tidak akan kita temui di berbagai belahan dunia manapun.

Minal Aidin Wal Faidzin….

*Penulis adalah Alumni MA Unggulan Nuris, kini menempuh studi sarjana di IAIN Jember

Related Post