Kartini Masa Kini dan Tantangan di Era Digital

Penulis: Achmad Faizal*

Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai momen refleksi akan perjuangan emansipasi perempuan. Raden Ajeng Kartini adalah pelopor kesetaraan gender yang melampaui zamannya, memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan dan mendorong kesadaran akan pentingnya peran perempuan dalam kemajuan bangsa.

Namun, di era modern yang serbadigital, bentuk perjuangan perempuan mengalami transformasi. Khususnya bagi perempuan Generasi Z — mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an — tantangan dan medan perjuangannya tentu berbeda. Dunia tidak lagi dibatasi oleh ruang fisik, tetapi justru lebih kompleks dengan hadirnya dunia maya, algoritma, dan tekanan sosial yang sangat cepat berubah.

Meski begitu, semangat Kartini tetap hidup dan relevan. Perempuan Generasi Z membuktikan bahwa mereka tidak hanya mampu bertahan di tengah derasnya arus digitalisasi, tetapi juga bisa memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, bangsa, bahkan dunia.

Perempuan Gen Z: Cerdas, Adaptif, dan Berani

Generasi Z tumbuh di tengah perkembangan teknologi digital yang pesat. Mereka adalah digital native — sejak kecil sudah terbiasa dengan gawai, media sosial, dan internet. Hal ini membentuk karakter mereka menjadi lebih terbuka, kreatif, dan melek informasi.

Perempuan Gen Z menjelma sebagai sosok yang cerdas dan adaptif. Di tengah tantangan ketidaksetaraan, stereotip gender, hingga tekanan standar kecantikan di media sosial, banyak perempuan muda justru memilih untuk menjadi agen perubahan. Mereka menggunakan platform digital untuk menyuarakan isu-isu kesetaraan, kesehatan mental, pendidikan, lingkungan, bahkan hak-hak perempuan.

Salah satu contoh konkret adalah banyaknya komunitas dan gerakan yang digagas oleh perempuan muda di media sosial, baik di tingkat lokal maupun global. Mereka menggunakan kekuatan platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Twitter untuk mengedukasi, berbagi inspirasi, bahkan menggalang donasi dan aksi sosial.

(baca juga: Selamat Hari Guru Nasional, Wahai Sang Pembangun Peradaban)

Dari Aktivisme Digital hingga Kewirausahaan Sosial

Di tengah tantangan era digital, perempuan Gen Z juga memanfaatkan teknologi untuk menciptakan ruang pemberdayaan ekonomi. Banyak di antara mereka yang berani memulai bisnis berbasis digital sejak usia muda. Mulai dari membuka toko online di marketplace, merintis brand fashion, menjadi content creator, hingga membangun startup yang memiliki dampak sosial.

Fenomena ini menunjukkan bahwa perempuan Gen Z tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga produsen inovasi. Di sinilah nilai-nilai Kartini hidup dan bertransformasi: perempuan yang mandiri secara intelektual dan ekonomi, serta mampu memaksimalkan potensinya dalam berbagai bidang.

Salah satu contoh inspiratif bisa dilihat dari banyaknya perempuan muda yang terjun ke dunia STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Bidang ini sebelumnya didominasi laki-laki, namun kini semakin banyak perempuan Gen Z yang berani mengejar karier sebagai programmer, data analyst, insinyur, bahkan founder startup berbasis teknologi. Mereka menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang setara untuk bersaing dan berkontribusi dalam pengembangan sains dan teknologi.

Menjawab Tantangan: Literasi Digital dan Ketahanan Mental

Meski tumbuh di era teknologi, perempuan Gen Z juga menghadapi tantangan yang tidak ringan. Paparan informasi yang masif, ancaman hoaks, cyberbullying, hingga tekanan mental akibat standar sosial di media, menjadi bagian dari realitas sehari-hari.

Namun di sinilah kekuatan mereka diuji dan ditempa. Banyak perempuan Gen Z yang menjadi pelopor literasi digital di lingkungannya. Mereka sadar bahwa kemampuan untuk memilah informasi, berpikir kritis, dan membangun jejaring positif adalah bekal penting untuk menghadapi era disrupsi.

Selain itu, perempuan Gen Z juga semakin vokal dalam mengampanyekan pentingnya kesehatan mental. Mereka berani bicara soal depresi, kecemasan, hingga self-love. Sesuatu yang dahulu masih dianggap tabu, kini menjadi perbincangan terbuka berkat keberanian generasi muda, khususnya para perempuan, untuk menciptakan ruang aman dan suportif.

Menghidupkan Semangat Kartini di Era Digital

Perempuan Generasi Z menjadi cermin dari evolusi perjuangan Kartini. Jika Kartini berjuang melalui surat-surat dan gagasan di balik dinding pembatas zaman kolonial, perempuan Gen Z kini memperjuangkan hak, aspirasi, dan ide lewat jejaring global yang tak berbatas.

Peringatan Hari Kartini bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga momen untuk menegaskan bahwa semangat emansipasi hidup dalam diri perempuan Indonesia masa kini. Di tengah tantangan era digital, perempuan Gen Z membuktikan bahwa mereka siap berperan aktif, berkontribusi, dan menjadi pilar perubahan sosial.

Dari ruang kelas virtual, startup, komunitas sosial, hingga panggung global, perempuan Gen Z telah dan akan terus membuktikan bahwa mereka adalah Kartini masa kini: cerdas, kuat, kreatif, dan berdaya.[]

*Penulis merupakan guru bahasa Indonesia di MA Unggulan Nuris

Related Post