Penulis: Muhammad Qori Hamdani*
Kedisharmonian rasa cinta
Merepresif hati untuk berbicara
Padahal ingin sekali
Walau hanya sekali
Lalu hati berdesir
 Menginteiijen kata hingga mentafsir
 Setiap huruf, setiapp kata, setiap kalimat selalu dilansir
 Hilang.. bak angin yang membawa pasir
Menawarkan air laut
 Menetralkan rasa
 Melawan asa
 Berjuang demi cinta yang dicapainya
(Baca juga: Celengan Rindu Untuk Ibu)
Para otoriter tak lagi berkuasa
Dengan hati yang igin  berbicara
Namun…responnya mengecewakan
Hasilnya nihil yang berkelanjutan
Tepukan tangan tak lagi berbubunyi
 Sepi, sunyi, hanya kalam Ilahi
 Hatitak sekalipun membenci, tetap mencintai
Vibrasi  hatinya terdengar olehku
Namun kulihat dirinya
Ingin mengungkap tapi mulutnya kelu
Aku ambigu dengannya cinta
Bismillah, ku hanyut dalam dirinya
Walau dia tak merseponnya
Engkau yang membuatku hadir
Dalam sujud sajadah cinta
Penggelaran ibadah di sepertiga malam
 Menjadi saksi cintaku padanya
 Kau suruh aku merindu di atas sajadah
 Padanya sepertiga malam yang menurutmu lebih indah
(Baca juga: Buluh Perindu)
Kau ingin menungguku datang?
Sungguh!
Dalam puisimu, sajakmu, aku terhanyut di dalamnya
Aku akan selalu mengingatmu
Karena sajak cintamu, cintaku
Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

