Penulis: Devita Wulan*
Pada 21 April lalu diperingati hari Kartini, yakni sosok pahlawan nasional Indonesia dari golongan perempuan. Sosok Raden Ajeng (RA) Kartini memberikan banyak inspirasi bagi kaum perempuan di Indonesia. Tak terkecuali dengan perempuan-perempuan di era milenial yang hidup di era digital seperti sekarang ini. Lalu adakah sosok Kartini di era sekarang, dan seperti apa sosoknya? Simak wawancara tim website Pesantrennuris.net berikut ya!
Nur Izzatul Maulidah, Alumni SMA Nuris Jember 2011, Mahasiswa S3 di Chiayi Univercity Taiwan
Kartini milenial itu, perempuan yang dalam dirinya selalu ada semangat berjuang untuk menjadi pribadi yang berguna untuk sekitarnya, dia tidak mudah asa, tidak mudah mengeluh, tidak mudah kecewa dengan kebahagiaan yg orang lain dapatkan. Dia akan sangat menghormati pendapat siapa saja, tanpa pernah meremehkannya.
kartini milenial akan menghormati bapak ibunya, senantiasa mengingat jasa gurunya, dan dia tahu bahwa berkarya itu bisa lewat apa saja yang ia bisa.
Jika ia seorang pelajar, maka ia akan menjadi murid yang menempatkan diri untuk siap diajar.
Jika dia seorang karyawan, dia akan bekerja dengan kesungguhan
Jika ia saudagar, dia akan lepas dari keinginan untuk curang
Jika dia seorang guru, dia pantas untuk digugu dan ditiru, dsb.
(Baca juga: M. Qorib Hamdani: hiduplah sebagai penulis)
Alivia Nadatul Aisyi, Alumni MA Unggulan Nuris 2014. Mahasiswa S2 Universitas Sebelas Maret Surakarta
Kartini Milenial adalah ketika seorang perempuan dapat menjadi perempuan yang dapat berdiri di atas kaki sendiri, tetapi bukan berarti berdiri sendiri. Jadi perempuan yang mandiri yang tidak membanggakan orang lain, orang tua, maupun suami, tetapi menjadi perempuan yang memiliki power dari dirinya sendiri, seperti sosok Kartini di masa lalu.
Kartini milenial harus bisa menajadi dirinya sendiri, seperti ketika ia ingin cerdas yakni dengan usahanya sendiri, ingin mandiri karena dirinya sendiri, dan ingin hebat karena dirinya sendiri.
Di era milenial ini mungkin kita bisa berkarya, tidak seperti di era dahulu. Dan bagi saya siapapun yang bisa memberikan pengaruh positif pada lingkungan mereka sudah bisa menjadi sosok Kartini.
Terutama di era digital seperti sekarang ini, sosok Kartini milenial tidak akan menyebarkan berita hoax, dan berkomentar negatif di media sosial. Intinya tidak memberikan pengaruh negatif dalam lingkungannya.
(Baca juga: Sofina Adwitya: Jangan Menulis Karena Popularitas)
Izza Nur Layla, Alumni MA Unggulan Nuris 2014. Alumni Pattani Collage of Agriculture Technology and Fishery, Thailand. Peraih Santri Of The Years 2017
Generasi Milenial sebagai kaum yang mendominasi kelompok usia produktif saat ini, pasti punya banyak tantangan yang harus dihadapi, dan untuk para wanita milenial, ada hal-hal yang bisa kita lakukan untuk meneruskan perjuangan R.A. Kartini di masa sekarang, yaitu Berani bermimpi tapi realistis.
Tanpa mimpi tentunya kita tidak punya motivasi untuk menjalani hidup. Jadi, kita para wanita tidak boleh takut bermimpi. Bermimpilah setinggi mungkin sebelum mimpi itu dilarang. Meski begitu, dalam bermimpi kita juga harus realistis. Jangan asal bermimpi, tapi tidak tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai mimpi tersebut.
Memiliki mimpi yang tinggi boleh, tapi tetap harus realistis. Setiap mimpi harus kita pikirkan dan rencanakan dengan matang. Kita juga harus memperhitungkan segala faktor yang dapat memengaruhi proses pencapaian mimpi tersebut dan apa saja yang mungkin harus kita korbankan. Mulai dari waktu, biaya, tenaga, dan strategi dalam menjalani hal-hal kecil untuk mendukung terwujudnya mimpi tersebut.
Di tengah perjalanan menuju mimpi tersebut, ada kalanya kita akan merasa jenuh dan merasa tergoda untuk berhenti. Atau bisa juga kita terpaksa mengubah sedikit target karena keadaan. Oleh sebab itu kita pun harus bisa benar-benar mengenali, apakah mimpi tersebut benar-benar ingin kita raih sebagai pencapaian hidup, atau hanya sekadar ikut-ikutan saja?. Mimpi yang impulsif (ikut2an) biasanya akan membuat kita berhenti di tengah jalan ketika rasa jenuh menerpa.
Jadi, untuk para wanita milenial. Jangan katakan “aku tidak bisa ini itu”, tapi katakan “apa yang bisa aku lakukan, ayo lakukakan.”
Evi Rahmawati, staf Waka Kurikulum MTs Unggulan Nuris, alumni SM-3T Angkatan III (Penempatan di Kalimantan Utara perbatasan Indonesia Malaysia)
Kartini milenial menurut saya adalah sosok perempuan masa kini yang dapat menginspirasi banyak orang dengan semua nilai positif yang ada dalam dirinya. Sosok seperti Melly Goelaw, Najwa Sihab, kalau dari penulis ada Asma Nadia, Salsabila Hanum dan masih banyak banyak lagi yang lainnya.
Dina Wahidah Ketua Asrama Putri Daltim Pesantren Nuris Jember
Menurut saya, Kartini milenial itu adalah sosok perempuan Indonesia yang inspiratif, produktif dan tangguh, harus terus maju dan berkembang tanpa melupakan sejarah Kartini di masa kolonial.
Nur Arina Zulfa, PIMRED Majalah Nuris
Menurut saya, sosok Kartini milenial adalah perempuan yang mampu ikut serta dalam mengembangkan dunia. Mencetak generasi bangsa dengan turut menjabat dalam dunia organisasi dan komunitas tertentu. Sekarang bagi saya sudah banyak yang menjadi kartini milenial, banyak sekali perempuan-perempuan diluar sana yang sudah menyuarakan aspirasi untuk menemukan jati dirinya, alih-alih menjadi pimpinan juga dalam suatu organisasi.
Namun, meski sudah tidak ada batasan lagi bagi mereka dalam ikut serta menjadi Kartini masa kini, saya harap mereka tetap menjadi perempuan yang senantiasa menjaga akhlak, kodrat, juga agamanya.
Penulis merupakan staf pengajar Bahasa Indonesia di MTs Unggulan Nuris