Penulis: Olivia Tsalsa*
“Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi namun ilmu tanpa iman bagaikan lentera di tangan pencuri”
Siapa yang tak kenal dengan penulis legendaris yang satu ini .Beliau adalah Buya Bamka yang biasa dikenal dengan nama penanya yaitu “Hamka”.Beliau juga mempunyai nama kecil yaitu Abdul Malik.Beliau lahir di Sirah (yang sekarang merupakan wilayah Nagari Sungai Batang) kabupaten Agam, Sumatra Barat, pada tanggal 17 februari 1908.Beliau berkiprah sebagai wartawan,penulis,dan pengajar.Terkhusus dalam bidang filsafat,sastra,sejarah,sosiologi,dan politik islam maupun barat.
Pada usia 12 tahun beliau menyaksikan perceraian orang tuanya.Setelah perceraian kedua orang tuanya tersebut,Malik banyak menghabiskan waktunya untuk bepergian jauh bahkan membolos sekolah.Aksi membolos sekolahnya akhirnya diketahui oleh sang ayah dari seorang guru yang berkunjung ke rumah malik.
(Baca juga: ulama indonesia, muhammad quraish shihab)
Ayahnya marah karena ulah malik dan menamparnya.Malik pun ketakutan dan akhirnya kembali ke sekolah untuk melaksanakan kegiatan belajarnya seperti biasa.Saat Malik tahu kalau ada seorang guru yang membuka perpustakaan dan persewaan buku,akhirnya Malik pun menghabiskan waktunya untuk membaca dan menyalin kembali apa yang telah dibacanya dengan versinya sendiri.
Pada tahun 1924 Malik melakukan perjalanan jauh ke Jawa dan bertemu dengan sang paman Jafar Amrullah di Yogyakarta.Saat sang paman membawa Malik untuk belajar pada KI Bagus Hadikusumo Malik mulai menemukan ketertarikan untuk belajar tafsir al quran dan mengupas secara mendalam makna al quran.Malik muda pun belajar banyak di Yogyakarta.Ia mempelajari gerakan sosial politik khususnya pada pergerakan islam modern.Perantauannya ke Jawa memberikan pengaruh besar kepada Malik.Setelah itu ia memutuskan untukpindah ke Pekalongan dan belajar pada Sutan Mansur.
(Baca juga: mohammad yamin, sang perumus sumpah pemuda)
Hamka pun mulai aktif dalam pergerakan islam melaui organisasi Islam Muhammadiyah.Ia ikut berperan aktif dalam mendirikan Muhammadiyah dan berjuang di jalan dakwah.Lalu pada tahun 1928 ia menjadi ketua Muhammadiyah di Padang Panjang dan mulai mendirikan sebuah pusat pelatihan dakwah Muhammadiyah dan 2 tahun berselang ia didapuk sebagai konsul Muhammadiyah di wilayah Makassar.Pada tahun 1946 Hamka terpilih menjadi ketua majlis pimpinan Muhammadiyah di Sumatra Barat.Namun pada tahun 1981,Hamka mundur dari jabatannya karena nasihat yang ia berikan tidak dipedulikan oleh pemerintahan Indonesia.
Sejak tahu 1920 an Buya Hamka sudah aktif menjadi wartawan di Pelita Andalas,Bintang Islam,Seruan Islam dan Seruan Muhammadiyah.Pada saat itu Hamka juga menjadi editor dan berhasil menerbitkan majalah Al Mahdi di wilayah Makassar.Beliau juga pernah menjadi editor di majalah Gema Islam,Panji Masyarakat dan Pedoman Masyarakat.Lalu setelah itu Buya Hamka menulis karya karya ilmiah islam maupun karya karya yang lain.Karya ilmiah islam juga dihasilkan dari tangan terampil Buya Hamka.Seperti Di Bawah Lindungan Kabah,Di Dalam Lembah Kehidupan,Falsafah Hidup,dan banyak lagi.
Sumber gambar: minenews.id
Penulis merupakan siswa kelas X PK 2 MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik