Ketiga: Menyayangi Kedua Orang Tua
وَاجْتَنِبِ الْمُرُوْرَ قُـــــدَّامَهُمَـــا تَخَلُّصًــــا إِلاَّ لِخِدْمَتِهِمَـــــا
Kalau bisa jangan lewat di depannya
kecuali karena melayaninya
وَاخْفِضْ جَنَاحَ الذُّلِّ وَاخْضَعْ لَهُمَا قُلْ لَهُمَا قَوْلاَ كَرِيْمًـا مُعْظِمَـا Rendahkan dirimu pada keduanya
katakan yang baik dan memuliakannya
وَلاَ تَـــــــقُوْلَنْ لَهُمَــــا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْ هُمَا الْزَمْ طَاعَةً وَوَجَـلاَ
Jangan membentak jangan berkata kotor
tetaplah patuh jangan sampai teledor
لاَ تُبْغِضَنْهُمَـــا وَلاَ تَأْمُرْ هُمَــــا بِأَيِّ شَيْءٍ مَــــا وَلاَ تُحْزِنْهُمَا
Jangan memarahi jangan menyuruhnya
apa saja dan jangan menyusahkannya
Syarah:
Menyayangi kedua orang tua adalah pokok dari segala tata krama kepada orang tua. Seorang anak yang sayang kepada kedua orang tuanya akan berusaha bersikap baik kepada keduanya. Akan lahir dari rasa sayang ini beberapa perlakuan baik kepada kedua orang tua.
Pertama, Tidak berjalan di depan kedua orang tua, kecuali untuk melayaninya, seperti memastikan bahwa di hadapannya tidak ada bahaya.
Kedua, Merendahkan diri penuh hormat.
Ketiga, Tidak mengatakan ‘cih’, ‘alah’, ‘ah’, ‘persetan’ dan sejenisnya yang berarti menyangkal, tak suka, atau bosan, ketika keduanya memberi perintah atau larangan.
Keempat, Tidak berbicara membentak-bentak kepada orangtua, sebaliknya seorang anak harus berbicara santun kepada keduanya.
Kelima, Tidak membuat keduanya kesal, benci, dan muak, atau sedih, dengan alasan apapun, cara apapun, dan dalam kondisi bagaimanapun.
(baca juga: Hujjah Aswaja: Perjamuan Makanan dalam Acara Tahlilan)
Keenam, Selain itu pada saat orang tua sampai pada usia uzur kewajiban seorang anak bukan hanya memenuhi aspek materi saja, semisal saat sakit hanya diberi biaya rumah sakit dan pengobatannya tapi sisi psikologisnya tidak dipenuhi seperti menemani saat diperlukan oleh orang tuanya. Karena lazimnya setiap orang tua pada saat kondisi lemah itu sangat memerlukan hadirnya sang anak untuk selalu berada di dekatnya.
Sungguh sangat mengecewakan kepada orang tua ketika anak diminta menemani orang tuanya dia beralasan banyak tugas, banyak kesibukan seraya meminta agar jangan diganggu. Sikap seperti itu adalah bagian dari perilaku durhaka kepada orang tua. Bisa dikatakan percuma punya anak kaya raya, berpangkat tinggi, disegani dan dihormati masyarakat tetapi tidak menghiraukan harapan dan kerinduan orang tuanya. Padahal seandainya dia sadar bahwa hutang kepada orang tua tidak mungkin dia mampu melunasinya dia tidak akan mengabaikan harapan orang tua tersebut.
Masih banyak lagi perwujudan dari sikap hormat dan kasih kepada orang tua selain keenam perilaku ini. Namun intinya satu sikap yang dilakukan anak harus mencerminkan hormat dan sayang kepada kedua orang tua Allah Swt berfirman:
وَقَضَى رَبُّكَ أَنْ لاَ تَعْبُدُوْا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِاْلوٰلِدَيْنِ إِحْسٰـنَا؛ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا * وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا (سورة الإسرآء: 23-24)
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka; dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, serta ucapkanlah (doa): “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil” (Qs. Al-Isrâ’: 23-24)
حَدَّثَنَا هَاشِمٌ بْنُ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيْهِ – أَوْ غَيْرِهِ – أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ أَبْصَرَ رَجُلَيْنِ فَقَالَ لِأَحَدِ هِمَا: مَا هَذَا مِنْكَ ؟ فَقَالَ أَبِي. فَقَالَ: لاَ تُسَمِّهِ بِاسْمِهِ، وَلاَ تَمْشِ أَمَامَهُ، وَلاَ تَجْلِسْ قَبْلَهُ. (الأداب المفرد، 27)
Hasyim bin Urwah meriwayatkan dari bapaknya bahwa Abu Hurairah melihat dua orang kemudian beliau berkata kepada salah seorang diantara keduanya. Ini apanya kamu? Dia menjawab: Ayahku. Lantas Abu Hurairah berkata jangan panggil dia dengan namanya, jangan lewat di depannya dan jangan duduk sebelum ayahmu duduk. (HR al Bukhari, al Adabul Mufrod, hal 27)
Selain keenam sikap yang lahir dari rasa sayang kepada orangtua, sebagaimana telah disebut, ayat di atas menambahkan satu lagi perilaku yang harus dilakukan anak. Yakni, mendoakan kedua orang tua: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, karena mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”[AF.editor]
*terjemahan Kitab Tarbiyatus Shibyan oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad, Syaikhul Ma’had Pesantren Nuris Jember