Oleh: KH Muhyiddin Abdusshomad*
Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan ibadah yang sangat terpuji. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلأَئِكَتِهِ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوا صَلُّواعَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا (الأحزاب : ٥٦ )
“Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikatNya membaca shalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian membaca shalawat disertai salam kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56).
Jelas sekali ayat ini menyuruh umat Islam untuk membaca shalawat kepada Nabi SAW di manapun dan kapanpun saja. Tujuannya adalah untuk mengagungkan sekaligus mengharap barokah Nabi SAW.
Demikian pula membaca shalawat kepada keluarga dan sahabat Nabi SAW juga dianjurkan. Allah SWT berfirman:
وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ (التوبة : ١٠٣)
“Berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman bagi jiwa mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Taubah: 103).
Dalam menafsirkan ayat ini, al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan bahwa maksud firman Allah SWT (wa shalli ‘alaihim) artinya berdoalah dan minta ampunlah kamu untuk mereka. (Tafsir Ibn Katsir, juz II, hal. 400).
Dalam sebuah hadits :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَوْفَى قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ فُلَانٍ فَأَتَاهُ أَبِي بِصَدَقَتِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أوْفَى (رواه البخاري، ١٤٠٢ )
“Dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata, “Rasulullah SAW jika diberi sedekah oleh suatu kaum, beliau berdoa “Ya Allah mudah-mudahan Engkau mencurahkan shalawat kepada keluarganya”. Dan ketika ayahku memberikan sedekah kepada Rasulullah, beliau juga berdoa “Ya Allah mudah-mudahan Engkau memberikan shalawatMu kepada keluarga Abi Aufa”. (HR. Al-Bukhari [1402]).
Begitu pula dengan hadits Nabi SAW:
عَنْ قَيْسِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَهُوَ يَقُوْلُ اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَتَكَ عَلَى آلِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ (رواه أبو داود، ٤٥١١)
“Diriwayatkan dari Qais bin Sa’ad bin Ubadah bahwa Nabi SAW mengangkat kedua tangannya sembari berdoa, Ya Allah, jadikanlah kesejahteraan dan rahmatMu kepada keluarga Sa’ad bin Ubadah.” (HR. Abu Dawud [4511]).
(baca juga: Apa Itu Akhlak? Terjemah dari Kitab Tarbiyatus Shibyan)
Menjelaskan hadits ini, sekaligus menegaskan tata cara membaca shalawat kepada sahabat dan keluarga Nabi, al-Imam al-Hafidz al-Sakhawi mengatakan:
“Abu al-Yumn bin Asakir berkata, “Satu golongan mengatakan (tentang membaca shalawat kepada selain para nabi) bahwa hal tersebut boleh secara mutlak (baik bersamaan dengan shalawat kepada nabi ataupun tidak). Hal itu adalah apa yang dilakukan oleh Imam al-Bukhari ketika mengawali dengan ayat yaitu wa shalli ‘alaihim (hendaklah kamu membaca shalawat untuk mereka). Lalu beliau mengaitkannya dengan hadits yang membolehkannya secara mutlak dan menambahkan hadits yang membolehkannya secara tab’an (bersamaan dengan shalawat kepada Nabi). Ini terjadi setelah beliau menjelaskan bab apakah boleh membaca shalawat kepada selain Nabi baik secara mandiri ataupun ikut pada shalawat kepada Nabi. Maka masuk pada kategori selain Nabi Muhammad SAW para Nabi yang lain, para malaikat dan orang-orang mukmin.” (Al-Qawl al-Badi’ fi al-Shalah ‘Ala al-Habib al-Syafi’, hal.55).
Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa membaca shalawat kepada keluarga dan para sahabat Nabi itu dianjurkan. Apalagi para sahabat Nabi adalah orang orang pilihan Tuhan yang taat menjalankan perintah Allah SWT dan RasulNya dan tidak mau mengerjakan laranganNya.[]
*Syaikhul Ma’had Pesantren Nuris Jember