Semangat Santri Asal Bali, Bercita-Cita jadi Abdi Negara melalui Sekolah Kedinasan di Masa Depan
Pesantren Nuris – Dari pengalaman keikutsertaan santri asal Jembrana, Bali ini dalam kegiatan pertukaran pelajar di Pesantren Nuris Jember bertajuk NSEP (Nuris Student Exchange Programme) ke tiga negara ASEAN yakni, Thailand, Malaysia, dan Singapura, ia pun menumbuhkan semangat belajar dalam meraih cita-citanya untuk sekolah kedinasan di bidang keimigrasian.
Rizki Dinda Mas’adah, nama lengkap santri yang duduk di kelas XI PK A MA Unggulan Nuris ini bercita-cita menjadi aparatur negara di bidang keimigrasian. Meski saat ini banyak belajar tentang kitab kuning. Bahasa Arab, dan kajian aswaja, ia tertarik akan melanjutkan studi kedinasan kelak seusai tamat dari MA Unggulan Nuris.
“Semenjak ikut kegiatan NSEP awal tahun 2025 kemarin, banyak pengalaman yang saya dapatkan. Sepertinya nanti jika berkarier di kantor keimigrasian seru juga soalnya saat mengurusi persiapan ikut NSEP ini saya cukup tahu bagaimana kinerja di kantor itu.” Tutur Dinda, sapaan akrabnya di MA Unggulan Nuris.
(baca juga: Jago Baca Kitab dan Berprestasi Nasional, Alumni MA Unggulan Nuris Kuliah di UINSA Usai Lolos Jalur SPAN-PTKIN)
Santriwati kelahiran Bali, 01 Agustus 2008 ini pun memantapkan pilihan studi sarjananya kelak di kampus kedinasan Politeknik Negeri Keimigrasian (Poltekim). Untuk meraihnya, ia pun tengah mendalami informasi ini dan berencana mempersiapkannya lebih baik untuk seleksi tahun 2026 mendatang. Apalagi sudah ada alumni MA Unggulan Nuris yang telah kuliah di kampus tersebut. Ini semakin membuat Dinda ingin mengikuti jejaknya.
Putri dari bapak Supendi dan ibu Farida ini juga diketahui telah mengkhatamkan hafalan nazam kitab Alfiyah ibnu Malik 1002 bait. Selain itu, ia juga telah mengkhatamkan kitab Aqidatul Awam. Dinda jugakini tengah fokus menghafalkan Al Qur’an yang sudah berjalan 3 juz hingga saat ini.
Selama belajar di MA Unggulan Nuris, ia juga pernah meraih juara 1 lomba hafalan nazam kitab Alfiyah kategori 250 bait putri tingkat internal pesantren. Pengalaman kompetitif ini menjadi bekal semangat belajar untuk meraih masa depan yang cerah. Ia berharap dapat membanggakan kedua orang tua dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi banyak orang.[AF.Red]