*Penulis:Annida Balqis
Penulis adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Nuris Jember
Ku goreskan tinta hitam diatas kertas putih
Tentang sajak sebuah kepastian
Tentang cinta yang saling terpendam
Tanpa harus tau bagaiman tuk mengungkapkan
Aku hanya bungkam
Senyum menatapmu dari kejauhan
Ber-doa, berharap tuhan merestui cinta ini
Cinta yang diharapkan bisa mendekatkan pada sang maha cinta….
Aku mencintaimu dalam doaku
(Raisa,18 sept 2018)
**
Malam itu hujan menemaniku. Menghembuskan sejuknya rintikan malam. Bersama titik embun yang membasahi jendela. Daun melambai, bermain bersama angin. Tanpa memedulikan aku, yang jiwanya sepi. Menutup rembulan yang biasa bersembunyi di balik semak pohon. Menghalangi jiwa bintang yang biasa menghiasi. Saat ini jam 23.55 WIB. Aku terduduk di bingkai pintu kamarku. Ku tatap ke arah belakang diriku, semua telah terlelap. Aku diam dan bergegas mengambil air wudhu. Hari ini tanggal 25 april, aku tau aku harus berbuat apa. Dalam sunyi malam ku lewati beberapa bilik yang terhampar di asramaku. Usai mengambil air wudhu, tepatnya pukul 24.00 WIB, “Happy birth day zain.” Lirihku dalam doa. Ya, 26 April adalah hari ulang tahun zain, seseorang yang telah membuatku menautkan hatiku pada dirinya. “Semoga apa yang diimpikan terkabulkan , amiin..” Lanjutku pelan.
Sang raksasa kuning telah keluar dari peraduannya. Menyapa alam dengan kehangatannya. Aroma embun kian merasuk sampai kedalam relung jiwa. Heharuman kembang yang semerbak, menambah indahnya pagi ini. Aku telah bersiap menuju sekolah, dengan sebungkus kado yang telah kusiapkan semalam. “ Bismillah semoga hari ini adalah hari baik.” gumamku. Kumasukkan bingkisan tersebut ke dalam tas ku. “Enaknya aku kasihkan sendiri apa lewat temen ya???” gumamku sendiri sembari menikmati setapak demi setapak perjalan menuju sekolah. Kusapa setiap teman dengan senyuman. “Hai Raisa kayaknya lagi seneng banget nih!” sapa seorang temanku yang langsung menghampiriku ketika diriku telah duduk santai diatas bangku.
“Hmm tau nggak hari ini hari apa?“ Tanyaku pada Ridwan. “Emang sekarang hari apa?” Tanyanya kembali. “Huh ini orang tanya malah tanya balik!” Cetusku agak kesal. “Hmm ok lah hari ini hari rabu, 26 april 2017. Puas!” Tegasnya. “ ah dasar menyebalkan!.”Gerutuku. “Hmm ya maaf-maaf. Aku kan cuma bercanda!” Katanya. “Tau nggak, hari ini tanggal 26 April adalah hari spesial seseorang.”Ucapku. “ Siapa?” Tanyanya. “Dia adalah orang yang selama ini deket banget sama kamu, masa kamu gak ingat!.”Jelasku. “ Zain, maksudmu?” Tanyanya memastikan. Aku hanya mengangguk. “Emang iya?” Tanyanya lagi. “Iya aku serius, masa aku bohong!” Tegasku. “Oh ya, Ridwan boleh nggak aku nitip-nitip.” Tambahku. “Nitip apa?”Tanyanya. “Nitip kado buat dia, mumpung ini sweet seventeennya.”Ucapku manis. “Kenapa gak kasih sendiri?” Tanyanya. “nggak enak sendiri aku yang mau ngasih. Aku nggak akrab sama dia.” jawabku. “ ok lah!” jawabnya.
Tak lama, Zain datang. “ Raisa sana ngucapin!” perintah Ridwan sembari berbisik di dekat ku. Aku menggeleng. “sana!” katanya dengan sedikit melototkan matanya. aku yang sedikit takut, menuruti perintahnya. “ hmm Zain, e… happy birth day ya!, sweet seventeen” ucapku gugup. “ emang sekarang tanggal berapa?” tanyanya. “ sekarang tanggal 26 April, Zain.” Jawabku. “ oh iya, aku lupa. Makasih ya Raisa atas ucapannya.” Balasnya dengan sesungging senyum manisnya. “ iya sama-sama.” Jawabku. Selang beberapa saat kemudian bel masuk berbunyi.
Saat ini sudah pukul 23.30 WIB, tapi aku masih tak bisa memejamkan mataku. Entah apa yang berkelana dalam pikiranku. “ belum tidur Raisa?” tanya Rini. “iya Rin, aku kepikiran sama kado yang aku berikan itu.” jawabku. “ apa dia mau nerima kadoku itu ya?, tapi rasanya gak mungkin deh!” lanjutku. “ eh jangan pesimis dulu! Percaya sama ridwan dia pasti bisa bantu kamu.” Ucap rini menenangkan. “ iya ya. Kok aku gak kepikiran sampai sana!” tegasku sembari menepuk jidat. “ ya udah sana tidur!” kata rini sembari kembali ke tempat tidurnya. “ entar aku masih mau sholat dulu!” jawabku. “ ya udah tapi cepet tidur ya!” “ siap boss!” jawabku.
Di asrama lain, zain sedang terduduk sembari memegang bingkai yang tadi dia dapat dari Ridwan. Dia membaca secarik kertas yang terpampang di bingkai tersebut.
(Baca juga: Kadung Dadi Gandrung Wis)
Happy birth day Zain…
Maaf jika kedatangan bingkai dan secarik kertas ini mengganggumu …
Seandainya boleh aku jujur, aku memberi ini tidak ada maksud apa-apa,
Aku hanya ingin di sweet seventeen mu ini ada hal yang membekas tuk di jadikan sebuah kenangan
Dan kau tau mengapa aku memberimu sebuah bingkai?
Aku hanya ingin kau melanjutkan bakat melukismu, jangan kau pendam bakat yang kau punya…
Dan aku berharap engkau merelakan satu lukisan terbaikmu di letakkan di bingkai ini.
Mungkin cukup itu dari aku..
Sekali lagi sweet seventeen ya!!
Rabu,26 april 2017
24.00 WIB.
Raisa Tsaniah
“Sudahlah Zain, respon aja dia!.”ujar Ridwan yang terduduk di samping Zain. Zain yang sedikit terkejut langsung menoleh, kemudian meletakkan bingkai itu di sampingnya. “Gak bisa wan! Aku gak bisa nerima dia. Lagi pula dia Cuma nganggep aku teman.” Jawab Zain. “emang apa sih kurangnya Raisa, dia cantik, manis, baik, perhatian, pinter lagi. Lagian kamu tau dari mana kalau raisa gak suka sama kamu. Zain, Raisa itu cewek, masa iya dia mau ngungkapin perasaanya duluan.” Jelas Ridwan. “entahlah wan aku lagi gak mau bahas itu.” katanya yang kemudian pergi meninggalkan Ridwan sendiri. “Zain- zain dikira aku gak tau kalau selama ini kamu punya perasaan yang sama sama Raisa.” Gumam Ridwan sembari membolak balikkan halaman buku diary Zain yang ia temukan di dekat lemarinya tadi.
Satu tahun berlalu, hari ini tanggal 24 maret 2018. Hari spesialku untuk umur yang ke 17 tahun. Mentari menyapa dengan balutan kehangatannya. Menyadarkan orang-orang atas kuasa Tuhan Maha Esa. Meninggalkan perak bulan yang sempat redup oleh hujan. “Happy Birth Day Raisa!” ucap Sasya saat aku sudah tiba di sekolah. “ makasih ya!” balasku dengan senyuman. “sama-sama” balasnya. “raisa, selamat ulang tahun ya!!!, ini buat kamu!” kata Tasya sembari memberiku sebuah bingkisan. “ makasih ya tasya” kataku sembari menerima bingkisan itu. “ hmm Raisa sweet seventeen ya! Ini aku punya oleh-oleh buat kamu.” Ucap Ridwan sembari memberiku bingkisan. “ Eh makasih ya wan” ucapku. “ Sama-sama.” Balasnya. “Raisa pulang sekolah aku mau bicara sama kamu.” Ucap zain. Aku hanya mengangguk. Perasaan takut, dag dig dug, dan ah entahlah aku tak bisa mengungkapkannya.
Sekian rumitnya pelajaran sudah terlewati. “ Ah..!” batinku melega. “ Raisa aku tunggu di kantin ya!” ucapnya mengingatkan. “Ya “ jawabku. “Ehem ada yang lagi janjian makan siang nih!” goda Ridwan. “Ah apaan sih, enggak kok!” bantahku malu. Aku berjalan mengikuti langkah Zain menuju kantin. “ emang ada apa sih” batinku bingung. “Kita duduk di sana aja ya!” katanya. “ Aku terserah kamu.” Jawabku. Kamipun duduk di tempat yang dia pilih. Lebih tepatnya di pojok kantin yang menghadap ke arah taman kota dekat sekolahku. “Kamu mau pesan apa?” tanyanya. “Jus anggur aja” jawabku. Diapun memesankan minuman yang aku sebutkan barusan.
“Raisa sebelumnya aku mau ngucapin happy birth day ke kamu, selamat sweet seventeen ya!” ucapnya. “ Iya makasih.” Jawabku. “Kamu lihat pemuda pemudi yang ada disana?” tanyanya padaku. Aku menoleh ke arah yang ditujunya. Dua orang pemuda yang sedang berpacaran ditengah taman kota. “ Raisa!” lanjutnya. “Perasaan cinta dalam jiwa kaum muda itu hakikatnya adalah lumrah. Allah, memberi perasaan cinta kepada hambanya agar hambanya bisa saling kasih mengasihi. Allah, memberi sebuah perasaan cinta agar hambanya bisa tau indahnya kerinduan. Tapi taukah kamu, bahwa tujuan allah menciptakan perasaan cinta itu agar hambanya bisa selalu bersyukur kepada Allah, ingat kepada-Nya, dan selalu merindukan kasih-Nya itulah makna cinta sebenarnya.” Katanya. “Raisa, aku tau dalam hatimu pasti ada cinta, sama seperti hatiku yang saat ini di penuhi oleh cinta. Tapi ingatlah Raisa, cinta yang sesungguhnya itu adalah cinta yang membawa kita untuk selalu ingat kepada maha cinta, bukan yang malah membawa kita menjauh dari maha cinta.” Sambungnya. Aku hanya terdiam, kembali merenungkan kata-katanya. “ Raisa, aku Cuma punya ini untuk hadiahmu saat ini. Dan selalu ingatlah pesanku, jika kau ingin mendapatkan cintamu dekatilah sang maha cinta.” Katanya lagi. Aku menerima bingkisan itu. kemudian Zain meninggalkan ku sendiri.
Aku termenung di bangku taman asrama. Aku masih terpikir dengan perkataan Zain sembari mengamati bungkusan kado yang masih tertutup rapat. “Zain benar. Aku sudah terbawa oleh nafsuku. Ya Tuhan sungguh mulia hambamu, hamba sungguh mengaguminya ya Allah..” batinku. Kubuka bingkisan itu, didalamnya ada sebuah boneka cantik berwana ungu, sepucuk surat dan sebuah flashdisk. Surat itu berisi…..
Assalamualaikum wr. Wb.
Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas tahun ya raisa….
Aku tak tau apa yang harus aku berikan kepadamu….
Mungkin hanya sebuah boneka kecil ini yang aku berikan…
Semoga di hari yang spesial ini harapan-harapanmu bisa terkabulkan
Maaf aku Cuma bisa memberi ini untukmu…
Flash disk itu tolong kamu buka disaat malam terakhirmu di asrama.
Sabtu, 24 maret 2018
03.00 WIB
Zain Alfando
*
Saat itu adalah hari ke-3 UNBK. Malam ini sang bulan turut penasaran dengan lanjutan sebuah kisah cinta pemuda yang saling menyimpan cintanya. Angin membelai lembut wajahku. Aku membuka laptopku, dan langsung membuka file yang ada di flash disk itu. sebuah movie maker indah yang dia buatkan spesial untukku. “Ya Allah Zain.., aku nggak percaya kalau kamumjuga punya perasaan yang sama dengan ku…” Tangisku pecah malam itu. Kemudian terdapat sebuah pesan yang sampai sekarang tak bisa aku lupakan isinya….
“ Raisa aku mencintaimu karena Allah…
Dialah yang selalu menyampaikan salam rinduku disaat aku tengah benar-benar merindukanmu
Dialah yang telah menjadi saksi cintaku yang selalu aku lontarkan di kala bayangmu selalu berkelabat dalam pikiranku
Raisa, mahluk Allah yang aku kagumi
Jika berkenan izinkan aku terus membiarkan cinta ini..
Jika berkenan izinkan aku meminta dirimu untuk menjaga hatimu..
Kelak jika sudah tiba saatnya aku akan datang kepada orang tuamu untuk memintamu…
Cinta yang baik tidak akan mengajak pada keburukan…
Zain”
~ the end ~