Santri dan Nasionalisme

Penulis: M. Ulil Albab*

Dewasa ini Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sedang mengalami krisis, mulai dari krisis etika, krisis semangat patriot, krisis keadilan dan masih banyak lagi yang lainnya. Banyak orang yang berpendidikan tetapi malah menggerogoti bangsanya sendiri , banyak pemuda yang pandai tetapi tak pernah memikirkan nasib bangsanya sendiri.

Bahkan sekolah-sekolah yang ada di negara ini kebanyakan (oknum)  sudah menjadi gudang kasus kejahatan, mulai dari kasus pencabulan guru terhadap siswa, sampai kasus siswa menganiaya guru sudah tak jarang lagi di temukan.

(Baca juga: Dilema Pesantren Modern Dan Eksistensi Di Masyarakat)

Pesantren adalah sarana yang sangat tepat untuk membangun jiwa nasioalisme pemuda-pemuda penerus bangsa, teringat ketika masa-masa kemerdekaan, para santri dan kyai bahu –membahu untuk merebut kembali  tanah kelahiran mereka, di kalangan pesantren yang sering dianggap rendah, dilupakan dari sejarah, di sana santri akan mengerti apa arti dari kata Nasionalisme.

KH. Hasyim Asy’ari pernah mengajarkan cinta tanah air sebagian dari iman. Beliau juga pernah memerintahkan para santri untuk ikut berkorban bersama pahlawan merebut kembali NKRI dari tangan penjajah, dan mengatakan baha berperang melawan penjajah adalah termasuk  jihad fi sabilillah.  KH. Wahab Habullah menciptakan sebuah lagu berjudul Hubbul Wathon yang mengajarkan untuk cinta kepada tanah air.

(Baca juga: Fashion Ala Santriwati Modis Tetapi Tetap Islami)

K.H Wahid Hasyim ikut dalam persidangan pembentukan pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh kemerdekaan dan tokoh-tokoh yang ikut membangun Negara Indonesia. Ini adalah bukti bahwa di kalangan pesantren tidak hanya di ajarkan pengetahuan agama akan tetapi para santri juga di ajarkan untuk  membangun jiwa-jiwa nasionalisme dan patriotisme.

Di kalangan pesantren banyak hal-hal kecil yang bisa membangun karakter seseorang “santri”, mulai dari bangun tepat waktu, mengantri, gotong royong, dan masih banyak hal yang lain. Hal sekecil ini sangat penting dalam pembangunan karakter pemuda Indonesia, pasalnya jika peraturan-peraturan sekecil ini sudah terbiasa mereka lakukan maka hal ini akan mereka lebih mudah terbiasa dengan peraturan yang lebih besar.

Jika dengan lingkungan sekitar mereka terbiasa peduli maka mereka juga akan cepat untuk terbiasa peduli dengan bangsa mereka sendiri, karena semua berawal dari hal yang kecil. Tidak hanya itu di dalam lingkup pesantren para santri akan terjaga pergaulan bebas dan budaya-budaya barat yang kurang beretika.

Di era milenial 4.0 ini lingkup pesantren adalah sarana yang sangat tepat bagi para pemuda sebagai generasi penerus di masa-masa yang akan datang, untuk menjadikan para pemuda yang memiliki jiwa nasionalisme dan jiwa patriotisme untuk embangun, mewujudkan, serta menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penulis adalah siswa kelas XI PK A MA Unggulan Nuris

Related Post