Oleh: Sunardi*
Bila pagi adalah awal. Dan petang akhirannya, semoga di awal hidup bahagia selalu. Bersama matahari kami berjalan menyeberangi waktu. Terima kasih pada-Mu atas keceriaan pagi. Semoga jalan yang penuh tantangan selalu membuat hati bersyukur, bergembira menghitung rahmat-Mu dan merenungkan tanda-tanda keagungan-Mu pada setiap gerak alam.
Di pagi dimana mereka masih enggan beranjak; karena dinginnya pagi; atau karena mimpi yang terlalu indah; atau karena letih, bersama generasi belia yang ceria penuh canda kami menyapa alam ciptaan-Mu: menyusuri jalan-jalan setapak, bersilat-silat dengan deras aliran sungai dan batuan yang licin. Ada yang ketakutan, khawatir, ragu, ada yang maju cepat pacu langkah dengan yakin segera sampai tepi, ada yang terjatuh namun tertawa. Aliran sungai-Mu deras. Kami disambut kicau riang burung di dahanan. Mereka turut merasakan riangnya generasi belia yang ceria di pagi ini.
Tuhan, semoga hati selalu mengingat-Mu: dalam setiap keadaan, selalu ceria jalani hidup bagai menyebrang aliran sungai yang penuh batuan licin yang sesekali membuat kami terpeleset dan terjatuh, yang deras alirannya bisa menenggelamkan, yang membuat hati ragu dan takut. Berkat pertolongan-Mu kami kan sanggup arungi hidup hingga tiba di surga-Mu yang tertinggi nanti bersama Rasul-Mu. Semoga. Aamiin.
Memandangi foto di atas, itulah lukisan cerianya hati mereka: generasi kami yang baru saja mengarungi pagi, baru saja melihat matahari. Mereka baru menjajaki tantangan-tantangan hidup; dengan syukur cerianya mereka siap mencari jalan-Mu; dan semoga kami selalu bisa menuntunnya agar terus berada di sana: terbebas dari kesesatan.
Diamnya alam pagi membahasakan kebesaran-Mu; dan sang surya di ufuk timur yang kemerahan sinarnya seakan meyakinkan kami bahwa kan selalu terangi jalan agar tak tersesat. Kuasa-Mu, Tuhan. Semoga kami mampu memahami bahasa alam yang Kau cipta, tempat dimana kami Engkau tempatkan untuk jalani kehidupan dalam waktu yang sesaat.
Masih banyak yang belum kami tahu dari segenap ciptaan-Mu. Memandangi permukaan air yang tenang, ternyata arusnya cukup membuat tubuh kami hampir terhempas. Mata ini memang sering tertipu. Semoga Kau jauhkan kami dari tipuan dunia dan terhindar dari bahayanya.
Jika kehidupan di dunia ini hanyalah sesingkat luasnya sungai dengan segenap bahaya dan tantangannya, semoga rahmat dan pertolongan-Mu menyelamatkan. Ingatkan kami jika berlama-lama bersenda gurau sebelum mencapai tepi, karena banjir mungin kan tiba dan mencelakakan.
Tuhan, tak banyak kata yang bisa kuungkap, karena diam tafakkur kadang lebih membuat kami selalu mengingat-Mu. Semoga selalu Kau tunjuki kami ke jalan-Mu, mudahkan urusan kami, jadikan kami hamba-hamba yang selalu bersemangat mencari jalan-Mu mempelajari ilmu-Mu. Aamiin.
*Staff Pengajar Bahasa Inggris di MTs Unggulan Nuris Jember