Dzahir adalah Cerminan Batin
Oleh: Alivia Nadatul Aisyi*
Santri PP.Nurul Islam Jember
Setiap hari minggu, di asrama Timur (kediaman Gus Robith Qoshidi, Lc) diadakan pengajian rutin Kitab Al-Hikam karangan Ibnu Atha’illah oleh Gus Robith Qoshidi, Lc. Penulis akan berbagi sedikit dari isi pengajian tersebut.
(Baca juga: Kerja Keras Untuk Hidup yang Keras)
Pada kodratnya setiap manusia terlahir dengan hati yang suci, tinggal bagaimana ia memilih untuk mempertahankan kesuciannya atau membiarkannya ternoda. Seseorang yang perkataanya kotor maka berarti hatinya kotor. Orang yang perkataannya kasar maka berarti hatinya kasar. Hal ini sudah pasti, kalau ada orang yang senang berkeluh kesah, sedih, galau dan lain sebagainya itu adalah tanda berartu hatinya tidak tenang. Jika orang yang sedang dalam ketakutan maka ekspresi wajah dengan bibir biru, wajah pucat. Orang yang lesu wajahnya layu.
Banyak ekspresi wajah yang jika kita perhatikan pasti kita mampu membacanya. Bukan hanya wajah, penampilan pakaian juga mampu mencerminkan bagaimana orang tersebut. Ketika pakaian yang dikenakannya lusuh dan tidak rapi, itulah cerminan hatinya. Sebagaimana dikatakan :
مَااسْتَوْدَعَ فِي غَيْبِ السَرَائِرِ ظَهَر َفِي شَهَادَةِالظَّوَاهِرِ.
“Apa yang tersimpan di kedalaman batin akan tampak pada penampilan luar.”
Hati yang kotor ibaratkan seseorang yang memiliki “tumang” dan maksiat ibarat api. Jika api itu dinyalakan bertahun-tahun, maka atap rumah tentunya akan hitam kelam. Begitu pula dengan diri kita, apabila selalu melakukan maksiat, maka hati, jiwa dan iman kita akan hitam dengan dosa.
Godaan Lawan Jenis
Seorang pelajar hendaklah mengekang diri dari godaan lawan jenisnya, agar hatinya senantiasa bersih sehingga mudah dalam menerima ilmu. Seorang laki-laki yang menggoda wanita, niscaya akan membuat akan membuat wanita itu susah tidur, mengganggu konsentrasi pelajaran, dan mengurangi kekhusyu’annya dalam ibadah. Ia hanya mengatasnamanakan cinta, menjadikan cinta untuk maksiat yang ia lakukan, ia mengatasnamakan rindu untuk nafsu birahinya. Begitu juga sebaliknya bagi seorang wanita kepada lelaki. Namun, apabila sudah tiba waktunya untuk mampu bertanggungjawab dan jenjang pendidikan sudah ditempuh serta bisa memberi nafkah lahir batin, dekatilah cinta dengan niat untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW.
Artinya janganlah menjadi cobaan bagi hamba lainnya, jagalah dzahir dan batin kita agar terhindar dari maksiat, terhindar dari murka Allah SWT. Maksiat bermakna keterputusan dengan Allah SWT. Taat bermakna sambungan dengan Allah SWT. Eratkan sambungan dengan Allah SWT, hindari maksiat dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bersihkan Hati dengan Taubat
Jangan menganggap ringan dosa yang kecil, karena bisa jadi kita selamat dari terkaman singa dan buaya tapi kita malah mati karena virus kecil yakni gigitan seribu semut kecil. Karena itulah, kita bersihkan noda yang ada dalam hati kita dengan bertaubat dan kembali kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW yang sudah pasti mendapatkan jaminan surga masih saja senantiasa mengucapkan astaghfirulah dalam kesehariannya. Maka sudah seharusnya bagi kita yang hina ini untuk selalu bertaubat dan beristighfar kepada Allah SWT, sembari menyadari semua kesalahan yang telah kita lakukan dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi sebelum terlambat. Ingat, permasalahan dunia ini tidak akan pernah selesai jangan menunggu apapun untuk berbuat baik. Janganlah bergantung pada manusia tapi gantungkan semuanya pada Allah SWT. Karena Dialah yang Maha Memberi. Jangan bangga kalau kita butuh pada orang, butuhlah pada Sang Maha Pencipta kita.*
Pria itu godaanya adalah wanita yang tidak pakai apa-apa.
Wanita itu godaannya adalah pria yang tidak punya apa-apa.