Pesantren Nuris – Biasanya Kegiatan Belajar Mengajar dilakukan oleh orang yang memiliki kesamaan bahasa. Lain halnya dengan Pesantren Nuris yang memiliki 30 murid yang akan belajar selama kurang lebih satu bulan di Indonesia. Namun kedatangan 30 santri asal Thailand adalah kejutan berharga bagi pesantren ini. Karena kedatangan mereka sejak tanggal 23 Maret 2017 sampai tanggal 16 April 2017 mendatang ini akan membuat beberapa kelas di lembaga SMA maupun MA “UN” Nuris menjadi kelas yang berbasis Internasional.
(Baca juga : Alfiyyah atau Pelajaran Umum?)
Seluruh santri Student Exchange asal Thailand itu mengikuti program pembelajaran di Pesantren Nuris dengan baik. Seperti halnya pembelajaran di hari Senin pagi, yang mana mereka di pisah antara satu sama lain di kelas-kelas yang berbeda. Kegiatan sekolah mereka dilakukan hanya pada hari Senin-jumat saja. Waktu KBM pun berbeda dengan santri yang lainnya. Yaitu dimulai dari pukul 07:30 s/d 11:30.
Berbeda halnya dengan kegiatan mereka setiap harinya. Ke-30 santri asal Kerabi Thailand ini memiliki jadwal khusus yang memang diusulkan langsung oleh pengasuh. Yakni pembelajaran Bahasa Indonesia, Al-Quran dan Tilawah. Kegiatan ini dilaksanakan di salah satu kelas gedung SMA. Dan berlangsung setiap ba’da isya’.
“Kita harus mengkondisikan waktu dan tempat sebaik mungkin agar nantinya akan mendapat hasil yang maksimal.” Ujar Rusmee salah satu santri Thailand yang belajar di MA “UN” Nuris.
Tujuan kegiatan pembelajaran disetiap malam ini tidak lain untuk menambah wawasan mereka akan ilmu Al-Quran sangat minim mereka jumpai di Thailand. Selain karena di Thailand minoritas muslim, mereka sejak kecil juga jarang dibiasakan melafadzkan ayat-ayat Al-quran. Jadi pelafadzan Al-Quran mereka masih sangat kurang. Oleh karena itu di pesantren ini mereka di ajarkan bagaimana melafadzkan Al-quran yang baik dan benar.
Mereka menetap disini kurang lebih sebulan lamanya, harapan pengasuh sendiri mereka dapat berinteraksi dengan santri Nuris menggunakan Bahasa Indonesia yang baik. Jadi dalam kegiatan malam mereka di tambah dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang di gurui langsung dengan beberapa santri Nuris yang pernah belajar di Thailand sebulan lamanya. Karena mereka telah dianggap mampu memahami bahasa mereka dan ditemani pula oleh tujuh santri Thailand yang bersekolah di Pesantren Nuris.
Diluar agenda pembelajaran, santri Thailand juga dibiasakan untuk menghormati guru yang sedang lewat. Terutama Kyai dan keluarga Pengasuh. Secara tidak langsung mereka juga belajar berakhlaq yang baik terhadap guru. Pelajaran ini lebih penting dibandingkan pembelajaran yang lainnya. Karena di Thailand guru dianggap sebagai teman sendiri.
“Belajar itu bukan cuman dari buku, tapi juga dari lingkungan sekitar.” Pesan Zulfa Mani (XI PK B/MA) sebagai santri senior asal Thailand.(RED/SYAI/MILA)