Mengangkat Tangan dan Membaca Amin ketika Berdoa

Pada saat berdo’a, biasanya orang-orang mengangkat tangannya. Dan bila berdo’a secara bersama-sama orang yang mendengarkan membaca amin. Bagaimana hukumnya hal itu? Apakah ada dalilnya?

Kita sebagai seorang hamba yang lemah, dianjurkan untuk berdo’a (memohon apa saja) kepada Allah SWT; Tuhan yang Maha Kuasa. Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ . (المؤمن ، ٦٠)

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo’alah kalian kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya untuk kalian.”(QS. al-Mu’min, 60)

Di dalam berdo’a, tentu ada caranya sendiri. Di antaranya adalah dengan mengangkat tangan. Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jilani dalam kitabnya:

(فَصْلٌ) وَاْلأَدَبُ فِي الدُّعَاءِأَنْ يَمُدَّيَدَيْهِ وَيَحْمَدَاللهَ تَعَالَى وَيُصَلِّيَ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ يَسْأَلَ حَاجَتَهُ وَلَايَنْظُرُإِلَى السَّمَاءِ فِيْ حَالِ دُعَائِهِ وَإِذَافَرَغَ مَسَحَ يَدَيْهِ عَلَى وَجْهِهِ،لِمَا رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ سَلُوْااللهِ بِبُطُوْنِ أَكُفَّكُمْ.(الغنية لطالبي طريق الحق،ج١ص٤٠)

“(Pasal) tata cara dalam berdo’a adalah menengadahkan kedua tangan, bertahmid kepada Allah SWT, membaca shalawat kepada Nabi SAW, lalu memohon hajatnya (apa yang diinginkan). Ketika berdo’a tidak melihat ke atas, dan seusai berdo’a mengusap mukanya dalam dua tangannya. Karena ada hadits Nabi SAW. “Mohonlah kepada Allah dengan (menggunakan) telapak tangan kalian.” (Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haq, juz 1, hal 40)

Tata cara ini disarikan dari beberapa hadist Nabi SAW, di antaranya:

عَنْ مَالِكِ بْنِ يَسَارٍ السَّكُوْنِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قاَلَ إِذَاسَأَلْتُمُ اللهَ فَاسْأَلُوهُ بِبُطُونِ أَكُفِّكُمْ وَلَاتَسْأَلُوهُ بِظُهُورِهَا. (سنن أبي داود،رقم ١٢٧١)

“Dan Malik Ibn Yasar al-Sakuni, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian memohon (berdo’a) kepada Allah, maka mintalah pada-Nya dengan (menengadakan) telapak tanganmu. Dan janganlah kamu meminta kepada Allah SWT dengan punggung tanganmu.” (Sunan Abi Dawud, [1271])

Pada kesempatan yang lain, Nabi SAW juga bersabda:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم إِذَادَعَوْتَ اللهَ فَادْعُ بِبَاطِنِ كَفَّيْكَ وَلَاتَدْعُ بِظُهُورِهِمَافَإِذَا فَرَغْتَ فَامْسَحْ بِهِمَاوَجْهَكَ. (سنن ابن ماجه، رقم ١١٧١)

“Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas RA, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Jika engkau berdo’a kepada Allah, maka berdo’alah dengan telapak kedua tanganmu. Janganlah berdo’a dengan punggung kedua tanganmu. Jika kamu telah selesai berdo’a, maka usaplah mukamu dengan kedua tanganmu itu (Sunan Ibn Majah [1171])

Dalam Hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عُمَرِبْنِ الخَطَّا بِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، كَانَ رَسُوْاللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَارَفَعَ يَدَهُ فِيْ الدُّعَاءِلَمْ يَحَطَّهُمَاحَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَاوَجْهَهُ. (سنن الترمذي، ٣٣٠٨)

“Diriwayatkan dari ‘Umar bin Khaththab RA, beliau berkata, “Manakala Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ketika berdo’a, beliau tidak menurunkan keduanya sebelum mengusap wajahnya  dengan kedua tangannya.”(Sunan al-Tirmidzi [3308])

Hadits yang menjelaskan tentang mengangkat tangan ketika berdo’a ini diriwayatkan melalui banyak jalur, hingga menjadi 30 jalan. Bahkan al-Suyuthi yang mengatakan bahwa Hadits ini mencapai 100 Hadits. Sebagaimana dikutip oleh al-Kattani dalam kitabnya Nazhm al-Mutanatsir min al-Hasits al-Mutawatir:

عَنِ السُّيُوْطِى فِى اِتْمَامِ الدِّرَايَةِبِشَرْحِ النُّقَاتَةِ قَالَ: وَقَدْجَمَعْتُ خُزْأًفِى حَدِيْثِ رَفْعِ الْيَدَيْنِ فِى الدُّعَاءِفَوَقَعَ لِى مِنْ طُرُقٍ تَبْلُخُ الْمِائَةَ . .  الى ان قال . . وَفِى شَرْحِ مُسْلِمٍ لِلنَّوَوِى شَبَتَ رَفْعُ يَدَيْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَلِلدُّعَاءِفِى غَيْرِاْللإِسْتِسْقَاءِوَهِيَ اَكَشْرُمِنْ اَنْ تُحْصَرَ ، وَقَدْجَمْعَتُ مِنْهَا نَحْوًا مِنْ ثَلاَثِيْنَ حَدِيْثًا مِنْ الصَّحِيْحَيْنِ اَوْ اَحَدِهِمَا . (نظم المتنا ثرمن الديت المتواتر ، ١٩٠)

“Imam Suyuthi menjelaskan dalam kitab Itmam al-Dirayah Syarh al-Nuqayah, ia mengatakan, “Aku telah mengumpulkan berbagai macam Hadits dala masalah mengangkat tangan ketika berdo’a, maka aku mengetahui bahwa ada sekitar 100 Hadits yang menjelaskan hal itu . . . . Dan dalam Syarh Muslim karangan Imam Nawawi, ia menjelaskan, “Telah tetap adanya anjuran untuk mengangkat tangan ketika berdo’a pada selain shollat istisqo’. Dan Hadits yang menjelaskan hal itu banyak sekali. Aku mengumpulkannya sampai sekitar 30 Hadits dari dua kitab shahih serta kitab lainnya.” (Nazhm al-Mutanatsir min al-Hadits al-Mutawatir,190)

Lalu bagaimana dengan Hadits riwayat Anas yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad  SAW tidak pernah mengangkat tangan ketika berdo’a dalam selain shollat istisqa’?

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍمِنْ دُعَائِهِ إِلاَّ فِي الاِسْتِسْقَاءِحَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ (صحيح مسلم، رقم ١٤٩١)

“Dari Anas RA, bahwa sesungguhnya Nabi SAW tidak pernah mengangkat tangan pada waktu berdo’a kecuali dalam shollat istisqo’ sehingga terlihat putih di ketiaknya.” (Shahih Muslim, 1491)

Mengomentari Hadits ini, al-Kattani mengatakan bahwa riwayat Anas itu bukan larangan untuk mengangkat tangan pada selain shollat istisqo’. Yang dimaksud adalah hanya dalam istisqo’ Nabi SAW mengangkat tangannya tinggi-tinggi, sehingga ketiaknya terlihat. Sedangkan pada keadaan yang lain Nabi SAW tidak mengangkat tangannya setinggi itu. Beliau menyatakan:

فَقَوْلُ اَنَسٍ فِى الصَّحِيْحِ كَانَ لاَيَرْفَعُ يَدَيْهِ فِى صَّلاَةِ اِلاَّ فِى اْلإِ سْتِسْقَاءِ ، فَإِنَّهُ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ اِبْطِهِ يَتَعَيَّنُ تَأْوِيْلُهُ ، وَاَنَّهُ اَرَادَ : اَنَّهَ لاَيَرْفَعُهُمَا فِى شَيْءٍ مِنَ الدُّعَاءِرَفْعًابَلِيْغًا حَتَّى يُرَى بَيَاضُ اِبْطِهِ اِلاَّفِى الإِ سْتِسْقَاءِ (نظم المتناثر من الحديث المتو اتر ، ١٩٠)

“Perkataan sahabat Anas dalam kitab Shahih Muslim bahwa nabi SAW tidak mengangkat tangannya ketika berdo’a kecuali dalam shalat istisqo’, dan Nabi ketika itu mengangkat tangannya hingga terlihat warna putih ketiaknya. Maka yang dimaksud adalah bahwa Nabi tidak pernah mengangkat tinggi-tinggi kecuali dalam shalat istisqo’.”(Nazhm al-Mutanatsir min al-Hadits al-Mutawatir, 190)

Begitu pula dengan membaca amin ketika berdo’a, hal itu juga dianjurkan. Sebab arti kalimat amin adalah istajib lana (Ya Allah SWT kabulkanlah do’a tersebut untuk kami). Dengan demikian, ketika seseorang membaca amin, maka pada saat itu ia sedang memanjatkan do’a kepada Allah SWT. Ucapan amin itu merupakan pemohonan kepada Allah SWT agar do’a yan dipanjatkan tersebut dikabulkan. Dan sebagai do’a, tidak ada satupun dalil yang melarangnya.

(Baca juga: Hujjah Aswaja : Shalat ‘Id di Lapangan atau di Masjid?)

Hal ini juga sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh al-Hakim:

عَنْ حَبِيْبِ بْنِ مَسْلَمَةِ اَلْفِهْرِي سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْه وَسَلَّمَ يَقُوْلُ “لاَيَجْتَمِعُ مَلَأُ فَيَدْعُوْا بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ البَعْضُ اِلاَّ اَجَابَهُمُ اللهُ ( المستدرك على الصحيحين ، ج ٤ ص ٤١٧)

“Dari Habib bin Maslamah al-Fihri, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah berkumpul sekelompok orang, kemudian sebagian mereka berdo’a dan sebagian yang lain membaca amin, kecuali Allah SWT pasti akan mengabulkannya.”(Al-Mustadrak ‘Ala al-Shahihain,juz IV, hal 417)

Sampai disini, semakin menjadi jelas bahwa mengangkat kedua tangan ketika berdo’a merupakan ajaran Rasulullah SAW. Begitu pula dengan meng-amin-i orang yang berdo’a, perbuatan itu juga dianjurkan. Kita sebagai umat Rasulullah SAW suadah seharusnya mengikuti dan mengamalkannya.

 

 

Related Post