Jejak Guru dalam Cerita

Penulis: M. Izzul Aroby*

Ini adalah cerita lama, tetapi tidak salah untuk dikaji kembali.

Jepang mengalami masa kelam ketika kota Hirosima dan Nagasaki hancur lebur oleh bom atom sekutu. Seluruh masyarakat jepang panik, tidak mengerti harus berbuat sesuatu untuk masa depan negara.

Di saat genting, Kaisar Jepang berkata, “Berapa jumlah guru yang tersisa?”

Kaisar Jepang tidak bertanya berapa jumlah tentara yang tersisa atau berapa luas wilayah yang masih dikuasai.

Saat itu, kaisar Jepang bertanya berapa jumlah guru yang masih hidup.

(baca juga: Generasi Nol Buku)

Cerita yg sederhana bukan? Singkat sekali, dan lihatlah sekarang, dengan guru yang mumpuni, Jepang menjadi bangsa yang beradap dan berbudaya dengan pendapatan per kapita nomer 24 di dunia.

Jika kita menilik sejarah, kita akan menemukan, bahwa setiap orang sukses pasti ada guru dibelakangnya. ada HOS Cokroaminoto dibelakang Soekarno, ada Aristoteles di belakang Alexander dan ada Hadratussyaikh Hasyim Asyari di belakang Wahid Hasyim. Tidak dapat disangkal, peran seorang guru sangat besar bagi kesuksesan murid..

Tetapi di sini aku tidak akan bercerita tentang kemuliaan guru atau segala keistimewaan yang dimilikinya. Aku hanya ingin bercerita tentang hal sederhana, yaitu menunggu kedatangan guru

(baca juga: Membangun Generasi Sehat Tanpa Narkoba)

Tidak perlu dipungkiri, siswa atau mahasiswa akan sangat jengkel dikala guru maupun dosen telat datang ketika jam mengajar, ada yg menyeletuk “kalau dosen tidak datang 15 menit lagi, kita akan pulang” atau “dalam kontrak disebutkan, kalau dosen telat 10 menit maka mahasiswa boleh meninggalkan kelas,” dan berbagai variasi kalimat yang senada.

Statemen tersebut benar, tidak ada celah untuk mengatakan bahwa perkataan tersebut salah.

tetapi apakah itu mencerminkan etika murid pada guru? Apakah pantas seorang murid menuntut pada gurunya ?

Sungguh ironis, secara tidak langsung, seolah olah dosen (guru) bukanlah manusia yang pantas dihormati dan ditunggu kedatangannya.

Apakah sudah terlupa bagaimana susahnya Alexander ketika dididik Aristoteles ?.

Apakah sudah terlupa bagaimana Imam Muslim berjalan ratusan kilo hanya untuk menemui satu guru  ?

Hari guru nasional adalah momentum yang tepat untuk merefleksikan tentang bagaimana sikap kita pada guru selama ini.

Marilah sejenak kita menundukkan kepala untuk haturkan doa kepada para guru. Semoga semua guru selalu dalam lindungan-Nya, dan semoga kita bisa menjadi murid yang membanggakan bagi orang tua, guru dan bangsa.[]

Mahasiswa Politeknik Negeri Jember, Alumni MA Unggulan Nuris tahun 2017

Related Post