Menjadi Kaya dan Sholeh, Mengapa tidak?

*Penulis : Ahmad Rahmatullah. Penulis merupakan siswa MA Unggulan Nuris Jember kelas X PK A. 

Salahkah bercita-cita menjadi kaya? Siapa yang menolak menjadi seorang jutawan ataupun miliader? Semua orang pasti ingin menjadi orang kaya, mulai dari orang yang tinggal di kampong hingga mereka yang tinggal di kota. Hal tersebut, bukan merupakan sesuatu yang salah, tetapi yang salah adalah yang menyatakan bahwa kaya merupakan suatu kemuliaan dan miskin adalah sebuah kehinaan. Akan tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah suatu ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Ironisnya jika Allah SWT memberikan nikmat berupa kebahagiaan, maka seseorang akan berkata “Allah telah memulyakanku”, sedangkan jika Allah SWT mengujinya dengan membatasi rezekinya maka seseorang akan berkata “Allah lebih menghinaku”. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan seseorang yang hanya mencintai harta.

(Baca juga: Refleksi Awal Tahun)

Terdapat banyak godaan bagi orang kaya, sala satuna adalah sifat riya (pamer). Hal tersebut dapat menimbulkan sifat sombong dan serakah. Begitu pula sebaliknya, harta melimpah dapat menjadi mulia dengan cara mempergunakan hartanya untuk jalan Allah SWT.

Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadi orang kaya yang sholeh dan menjadi miskin bukanlah suatu hal yang hina, apalagi kemiskinanya dapat menjadikannya seorang yang mulia. Kekayaan dapat bemanfaat untuk kehidupan di dunia dan di akhirat jika, kekayaannya dapat menyebabkan pemilikna qonaah. Kedua, kekayaan yang membuat hati pemiliknya tenang, artinya ia yakin bahwa harta yang dimilikinya adalah amanah dari Allah SWT. Ketiga, pemiliknya menjadi lebih mulia daripada hartanya, artinya seseorang tidak menganggap bahwa harta bukanlah segala-galanya di dunia, namun hartanya data digunakan untuk meraih kebahagiaan di jalan Allah SWT dengan cara berxakat, infaq, dan juga sedekah.

(Baca juga : Gumukku, Gumukmu, Gumuk kita)

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bercita-cita menjadi orang kaya bukan merupakan hal yang salah, apabila hartanya digunakan untuk kepentingan agama bukan digunakan untuk pamer. (Red/Ahmad)

Artikel ini ditulis oleh Ahmad Rahmatullah siswa kelas X PK A MA Unggulan Nuris Jember. Dia juga pernah menjadi juara 3 lomba menulis artikel tingkat nasional di Yogyakarta. 

 

Related Post