Penulis: Nailul Ramadhani
malam pekat yang sunyi. berkelipan hiasannya di angkasa. sayup-sayup dingin menderu. menggugah hati dan menuntut ilmu. menyerbu batinku untuk berjumpa dengan-Mu. air suci mengalir di wajah ini. di atas sajadah panjang bersaksi. kini aku bersujud dalam tahajjud-Mu.
wahai sang pemilik seluruh kerajaan semesta. aku telah hadir mengetuk pintumu. mengemis mengharapkan sentuhan kasih. lama aku kehilangan, Ya Rabb. hati telah tertanam bintik-bintik hitam yang kotor. curahkanlah ridho-Mu tuk menyucikannya kembali Ya Rabb.
kini aku berusaha di jalan kebenaran. kutegakkan ragaku sergap berburu ilmu. demi melihat kedua malaikatku tersenyum.
(baca juga: Pelangi di Pesantren Nuris Jember)
wahai sang pemilik waktu. kelabu hati telah mengalirkan air mata. semua ini baru kusadari dan penyesalan menimpa batinku. di sini…. Ya di pesantren inilah terdapat ribuan kesempatan emas. tuk mengubah jalan kehidupanku. dan sekerikil batu tiada guna di tepi pantai. menjadi mutiara indah dalam luasnya samudra.
Penulis merupakan siswa MA Unggulan Nuris. Puisi tersebut termasuk dalam antologi puisi MA Unggulan Nuris berjudul “Muara Sunyi Ilahi”.