Menghayati Perjuangan Seorang Ibu

Judul Buku      : Mars

Penulis Buku   : Aishqoro Ang (Kusworo)

Penulis Buku   : Safirah

Kota Terbit      : Yogyakarta

Tebal Buku      : 388 halaman

ISBN               : 978-602-978-983-6

Peresensi         : Fadilah Dwi Cahyanti

 

Ringkasan dan Ulasan

Novel berjudul “Mars” menceritakan tentang seorang anak dusun yang bernama Sekar Palupi, ia biasa dipanggil Palupi. Palupi berasal dari dusun Manggarsari, Gunung Kidul. Kesehariannya, ia menggembala kambing milik Pak Widodo. Palupi tidak pernah tau apa itu sekolah, untuk apa, dan jadi apa jika dia bersekolah. Namun, Tupon yang tak lain adalah simboknya mengharapkan ia bersekolah sampai setinggi mungkin.

Tupon ingin Palupi menjadi anak yang cerdas, tak seperti dirinya yang buta huruf dan hanya bekerja sebagai penjual tempe keliling. Suatu malam, Palupi dan simboknya duduk di depan bamboo di halaman teras rumahnya. Simbok yang buta huruf mengajarkan kecintaan tentang sekolah melalui planet Mars atau yang biasa mereka sebut Lintang Lathip. Dari situlah Palupi terobsesi untuk pergi ke sekolah.

(baca juga: Resensi Novel Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990)

Saat lulus SMA, ada seorang duda yang ingin melamar Palupi. Tetapi, Palupi menolak lantaran ia masih ingin melanjutkan sekolahnya ke Perguruan Tinggi karena ia mendapat beasiswa di daerah Yogyakarta di Fakultas Astronomi. Walaupun dihina dan diolok-olok oleh warga dusun, Simbok dan Palupi tetap pergi ke Yogyakarta untuk mendaftarkan Palupi ke Perguruan Tinggi tersebut. Setelah beberapa lama menjadi mahasiswa, ia dipasrahkan untuk menggantikan seorang dosen untuk mengisi seminar di sebuah kampus daerah tersebut.

Saat yang ditunggu pun tiba, Palupi melaksanakan sidang dengan lancar dan akan segera diwisuda. Ia mendapatkan beasiswa S2 di Universitas Oxford, London, Inggris. Ia ingin segera memberitahu Simboknya tentang berita ini agar Simboknya juga ikut bahagia. Tetapi, saat sampai di Dusun, ramai orang dirumahnya. Ia kebingungan dan memilih untuk langsung masuk ke rumahnya. Ternyata, takdir berkata lain, Simbok telah tiada. Palupi pun menangis sejadi-jadinya. Saat ia akan kembali ke Yogyakarta, terlebih dahulu ia mengunjungi pusara simboknya. Ia membayangkan simbokna yang menuntun sepeda ontelnya sambil keliling menjual tempe dagangannya. “Mbok, ternyata kamu sudah sampai di lintang lanthip ya,” ujarnya.

(baca juga: Resensi Kian Bintang: Melalui Fantasi Menggapai Kejayaan)

Secara keseluruhan buku ini sangat menarik. Dan pertama melihat cover buku dan judulnya, buku ini sangat bagus untuk dibaca. Buku ini bisa membawa pembaca masuk dalam imajinasi. Buku ini mengajarkan kita bagaimana sosok Ibu sesungguhnya. Sangat terharu membaca buku ini. Namun, dalam buku ini masih menggunakan bahasa Jawa halus yang belum diterjemahkan sehingga pembaca yang tidak bahasa Jawa akan dipusingkan. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan, buku ini asyik dan sangat menarik untuk dibaca sebagai motivasi. Selamat membaca.

Peresensi adalah siswa kelas XII PK B MA Unggulan Nuris

Related Post