Penulis: Ahsani Imandika/MN
Sambil berdiri di dekat pasar, pak Qomar mengawasi eumah Kyai Ahmad Habib yang sedang disatroni perampok, namun yang membuat dia heran, para perampok yang bertuduh besar itu tidak mampu menembus pintu rumahnya. Perampok tersebut beranggapan bahwa Kyai Habib adalah orang sakti, padahal bukan karena Kyai Habib yang sakti tanpa para perampok tersebut yang bodoh, karena pintu rumah Kyai Habib cara membukanya bukan ditarik atau didorong digeser ke kiri.
(baca juga: Ketika Tuduhan Bid’ah Menular ke Sendok Makan)
Selang beberapa hari pak Qomar mendatangi rumah kyai Habib dengan membawa anaknya yang bernama Joni yang berumur 8 tahun untuk berguru kepada beliau. Kyai Habib :”Aku akan memberikan doa yang akan membuatmu selamat dunia akhirat”. Joni:”Iya pak Kyai, terima kasih”. Setelah pengajian selesai, Joni segera pulang. Dalam perjalanan, Joni bertamu pocong yang sangat menyaramkan, spontan Joni menutup mata dan membaca doa yang diberikan oleh Kyai Habib.
(baca juga: Ustad dan Santri Koplak)
“Allahumma barik lana fima rozaqtana waqona adzabannar”. Di alamnya, pocong yang menakuti Joni itu gemeteran. Lalu ada kuntilanak menghampirinya dan berkata, “Baru kali ini ada pocong takut sama manusia apalagi itu hanya anak kecil.” Pocong: “Masalahnya yang dibaca itu doa makan, aku tidak bisa ngebayangin kalau aku dimakan, emang kamu mau jadi santapan anak kecil?” Kuntilanak: “Hiiiiii takut!!!”