Masehi dalam Bingkai Sejarah
Penulis: Cholis Rosyidatul Husnah*
Tarikh atau penanggalan masehi dimulai pada kelahiran Nabi Isa As. Penanggalan ini mulai digunakan 527 tahun setelah kelahiran tersebut. Menurut Abdul karim dalam buku Mengenal ilmu falak, teori implementasinya disebutkan sebelum ada tarikh masehi masyarakat menggunakan tarikh romawi.
Sistem kalender masehi yang saat ini digunakan berakar dari sistem kalender julian yang merupakan perbaikan dari sistem penanggalan Romawi. Lalu, siapa yang mereformasi sistem penanggalan tersebut? Sistem penanggalan yang digunakan saat ini dicetuskan oleh Julius caesar pada tahun 45 SM dengan bantuan ahli matematika dan astronomi alexandria yang bernama Sosigenes. Dengan panjang satu tahun berjumlah 365,25 hari. Yang kemudian dikenal dengan kalender Julian.
Penanggalan masehi atau miladi diciptakan dan diproklamirkan penggunaannya dengan Numa Pompilus pada tahun berdirinya kerajaan Roma tahun 753 SM. Penanggalan ini berdasarkan pada perubahan musim sebagai akibat peredaran semu Matahari, dengan menetapkan panjang satu tahun berumur 366 hari. Bulan pertamanya Maret, karena posisi Matahari berada di titik Aries itu terjadi pada bulan Maret.
(baca juga: Sosok Kesejatian Ibu, Humaira’ di Pesantrenku)
Kalender Romawi ini hanya berumur 10 bulan yaitu: Martius (Maret), Aprilis (April), Maius (Mei), Junius (Juni), Quintilis (Juli), Sextilis (Agustus), September (September), October (Oktober), November (Nopember), December (Desember). Berkembang di Romawi sebelum Julius Caesar di kota Antium dan sekitar tahun 700 SM terjadi penambahan menjadi 12 bulan. Nama-nama bulan pada waktu itu yaitu: Martius, Aprilis, Maius, Iunius, Quintius, Sextilis, September, October, November, December, Ianuarius, Februarius.
Tidak jauh berbeda dengan pemberian nama hari, pemberian nama bulan pada tarikh yang kemudian menjadi tarikh Masehi ini ada kaitannya dengan Dewa bangsa Romawi. Contoh : bulan Martius mengambil nama Dewa Mars, bulan Maius mengambil nama dewa Maia dan bulan Junius mengambil nama Dewa Juno. Sedangkan nama-nama Quintrilis, Sextrilis, September, Oktober, November & December adalah nama yang diberikan berdasarkan angka urutan susunan bulan. Quntrilis berarti bulan kelima, Sextilis bulan keenam, september bulan ketujuh, October bulan kedelapan dan December bulan kesepuluh. Adapun nama bulan Aprilis diambil dari kata Aperiri, sebutan untuk cuaca yang nyaman di dalam musim semi.
Penentuan awal tahun pada penanggalan masehi sebelumnya adalah bulan maret. Baru kemudian pada waktu Dewan Gereja bersidang yang pertama kalinya pada bulan Januari, maka mulai saat itu bulan Januari ditetapkan sebagai bulan yang pertama dan bulan yang terakhir adalah Desember. Sistem ini dikenal dengan nama sistem Yustinian.
(baca juga: Maulid Nabi: Antara Tradisi, Keteladanan, dan Persatuan Bangsa)
Meskipun sudah diadakan koreksi dan perubahan, namun ternyata kalender Yulian masih lebih panjang 11 menit 14 detik dari titik musim yang sebenarnya, sehingga sebagai akibatnya kalender itu harus mundur 3 hari setiap 400 tahun. Pada tahun 1582 ada hal yang menarik perhatian, yaitu saat penentuan wafat Isa al-Masih, yang diyakini oleh orang-orang masehi bahwa peristiwa itu jatuh pada hari Minggu setelah bulan purnama yang selalu terjadi segera setelah matahari di titik Aries (tanggal 21 Maret). Tetapi pada waktu itu mereka memperingatinya tidak lagi pada hari Minggu setelah terjadi bulan purnama setelah matahari di titik Aries, namun sudah sudah beberapa hari berlalu.
Hal demikian mengetuk hati Paus Gregorius XIII untuk mengadakan koreksi terhadap sistem penanggalan Yustinian yang sudah berlaku agar sesuai dengan posisi Matahari yang sebenarnya. Atas saran Klafius (ahli perbintangan), pada tanggal 4 Oktober 1582 Paus Gregorius XIII memerintahkan agar keesokan harinya tidak dibaca 15 Oktober 1582 dan ditetapkan bahwa peredaran matahari dalam satu tahun itu 365.2425 hari, sehingga ada ketentuan baru, yaitu angka tahun yang tidak habis dibagi 400 atau angka abad yang tidak habis dibagi 4 adalah tahun Basithah (365 hari). Serta ditetapkan bahwa tahun kelahiran Isa al-Masih dijadikan sebagai tahun pertama.
Dengan demikian setiap 4 tahun merupakan satu siklus (1461 hari). Sistem penanggalan ini dikenal dengan Sistem Gregorian. Sistem Gregorian inilah yang berlaku sampai sekarang ini. Setiap tahun ada 12 bulan, yaitu Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember. Bulan ke 1, 3, 5, 7, 8, 10, dan 12 masing-masing berumur 31 hari, sedang lainnya berumur 30 hari, kecuali bulan ke 2 (Februari) bermur 28 hari pada tahun Basithah (pendek) dan berumur 29 hari pada tahun Kabisat (panjang). Selamat Tahun Baru 2019. Semoga Indonesia semakin Sejahtera.
Setolol-tololnya orang adalah yang tidak tau sejarah, dan sehina-hinanya orang adalah yang memalsukan sejarah (Mahbub Djunaidi)
Penulis adalah Alumni MA Unggulan Nuris Jember, Mahasiswa Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah IAIN Jember, Kader Putri PMII Rayon Syariah.