Budaya Dan Syariat, Dua Hal Dapat Disatukan?

Penulis: Muhammad Ulil Albab*

Budaya secara termonologi adalah perilaku yang ditradisikan sejak dahulunya. Sedangkan syari’at adalah sesuatu yang telah ditentukan oleh Tuhan dan disampaikan kepada seluruh umat melalui utusan-Nya.

Berdasarkan definisi kedua hal ini sudah berbeda tidak harus bertolak belakang. Dewasa ini banyak yang mengklaim bahwa budaya selalu bertolak belakang syariat. Islam sendiri turun tanpa budaya, Islam turun hanya membawa syariat. Lalu mengapa Islam identik dengan gamis, jubah dan sebagainya? Itu tidak lain karena Islam turun di Negeri Arab. Buktinya Abu Jahal sosok yang sangat kontra terhadap Islam, dia juga mengenakan jubah, gamis, imamah, sebagaimana Rasulullah berpakaian.

Indonesia berdiri dari berbagai perjuangan yang telah dikerahkan oleh lebih dari ratusan suku dan budaya yang ada di Indonesia. Jika memang Islam itu harus bertolak belakang dengan budaya, lalu mengapa tidak pernah menyalahkan sistem demokrasi di Indonesia? Islam turun untuk menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih baik, bukan untuk menghapuskan budaya yang datang sebelum Islam. Lalu bagaimana dengan budaya-budaya yang memang tidak sesuai dengan ajran-ajaran Islam?

(Baca juga: Percayalah Menghafal Itu Mudah)

Dalam menanggapi budaya yang memang tak sesuai dengan ajaran Islam, kita harus menganti dengan yang sesuai dengan ajaran Islam seperti budaya petik laut, yang awalnya budaya ini bertujuan untuk memberi sesembahan pada laut kita ubah menjadi tujuan untuk memberi makan kepada ikan-ikan tersebut bertambah besar dan bisa berkembang biak.

Sedangkan penghapusan budaya itu akan dilakukan jika memang budaya tersebut bertambah besar dan bisa berkembang biak, dan penghapusan budaya itu akan dilakukan jika memang budaya tersebut tidak bisa diubah menjadi sesuai dengan ajaran Islam. Seperti tradisi di sebuah pedalam Toraja, disana ada tradisi memotong jari ketika ada salah satu keluarga yang meninggal dunia. Tradisi dan budaya seperti hal ini bisa dihapuskan ketika orang yang melakukannya agama Islam.

Islam bisa menyebar di seluruh pelosok Indonesia tak lain karena faktor penyesuaian syariat terhadap budaya-budaya yang ada di Indonesia oleh pembawa islam pada zaman dahulu, dan sekarang kita bisa melihat bahwa Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia.

(Baca juga: Ingin mudah belajar kitab yuk intip tips berikut)

Lalu bagaimana Islam dalam menganggapi budaya atau tradisi yang sudah lama berkembang, misal seperti 40 hari, 100 hari, 1000 harinya orang yang meninggal dan budaya-budaya yang lain itu tidak dilaksanakan ataupun pelaksanaannya tidak tepat pada waktunya? Islam tetap membiarkan karena hal tersebut bukanlah syariat melainkan hanya sebuah budaya.

Banyak orang yang belum memumpuni dalam hal agama, tetapi mereka sudah berani mengklaim budaya dan tradisi yang ada di Indonesia ini haram dan lain sebagainya. Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena mereka tidak pernah belajar tentang perbedaan antara syariat dan budaya, yang akhirnya mereka berani mengklaim orang yang melaksanakan budaya dan tradisi sebagai orang kafir, syirik, murtad, dan lain-lain.

Ketika kita akan menghukumi sesuatu rumusnya sudah dari zaman Nabi Adam a.s yang diturunkan ke bumi adalah kita harus tahu bagaimana proses sesuatu itu terjadi dan harus mengklarifikasinya. Bukan malah menghukumi seenak otak mereka sendiri. Karena semua yang terjadi di dunia ini pasti ada proses dan sebab-musabab, mengapa sesuatu itu bisa terjadi dan apa yang diakibatkannya.

Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris

Related Post