Penulis: Devita Wulan*
Tahun baru Islam 1 Muharram 1441 H jatuh pada hari Minggu, 1 September 2019 . 1 Muharram ditandai dengan peristiwa penting yakni hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari kota Makkah ke Madinah pada 622 Masehi.
Perhitungan awal tahun baru Islam bermula dari masa khilafah Umar bin Khattab R.a. Umar bin Khattab bermusyawarah dengan para sahabat untuk menetapkan momentum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah sebagai awal mula perhitungan tahun kalender Islam.
Bulan Muharram juga memiliki banyak peristiwa penting di dalamnya. Seperti peristiwa gugurnya cucu Rosullullah SAW Husein bin Ali di tanah Karbala, peristiwa terbelahnya laut merah oleh Nabi Musa as dalam kejaran Fir’aun, peristiwa selamatnya Nabi Ibrahim as dari api yang membakarnya, peristiwa berlabuhnya kapal Nabi Nuh as di bukit Zuhdi dengan selamat setelah banjir bandang yang menimpa, peristiwa bertaubatnya Nabi Adam as dari segala dosa-dosa, Allah Swt menerima taubatnya, dan lain-lain.
(Baca juga: Pendidikan Karakter Ala Ki Hadjar Dewantara)
Pada penanggalan Jawa dikenal pula dengan bulan Assyuro yang bertepatan pada tanggal 10 Muharram, konon orang dahulu mensucikan bulan ini, maka tidak diperbolehkan perang pada bulan Muharram.
Selain peristiwa-peristiwa penting di atas, ada pula amalan-amalan yang di sunnahkan di bulan Muharram diantaranya, memperbanyak berpuasa, dan yang paling afdhol adalah puasa pada tanggal 10 Muharram yang merupakan peringatan tanggal 1 Assyuro. Hal tersebut dikarenakan puasa pada tanggal 10 Muharam dapat menghapuskan dosa yang dilakukan selama satu tahun.
Abu Qotadah Al Anshoriy berkata,
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu”. (HR. Muslim 1162)
(Baca juga: Tak Butuh Banyak, Sedikit Tapi Memahamkan)
Di Indonesia perayaan malam tahun baru Islam biasanya di isi dengan beberapa acara seperti, pawai obor, pengajian bersama, karnaval, pertunjukan wayang kulit, dan lain-lain. hal tersebut dilakukan sebagai wujud rasa syukur masyarakat, telah dapat melewati satu tahun yang lalu dan harapan yang lebih baik di tahun depan.
Selain perayaan tersebut, umat islam juga diharuskan untuk memanjatkan doa berikut rekomendasi doa yang dapat dibaca umat Islam pada akhir dan awal tahun baru Hijriah pada 1 Muharam.
Doa oleh Sayid Utsman bin Yahya dalam karya Maslakul Akhyar,
dikutip dari situs Nadhlatul Ulama:
اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ
السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْه وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ
بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ
مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِي
وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثّوَابَ
فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ
Artinya: Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku.Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah pupuskan harapanku. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.
Penulis merupakan alumni SMA Nuris Jember