Penulis: Devita Wulan*
Kami poetra dan poetri Indonesia,
mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang
satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa
persatoean, bahasa Indonesia.
Sebagai pemuda Indonesia kita pasti sangat mengenal tiga kalimat sumpah pemuda di atas. Hanya tinggal bagaimana cara kita sebagai para pemuda penerus perjuangan para pahlawan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
(Baca juga: Sumpah Pemuda Milenial)
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar sumpah ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya Negara Indonesia.
Yang dimaksud dengan “Sumpah Pemuda” (Dalam Wikipedia) adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Kini Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada “Tanah Air Indonesia”, “Bangsa Indonesia”, dan “Bahasa Indonesia”. Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap “perkumpulan kebangsaan Indonesia” dan agar “disiarkan dalam berbagai surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan”.
Istilah “Sumpah Pemuda” sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya.[2] Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan lama.
Ketetapan ini ditulis oleh Moeh Yamin. Hari sumpah pemuda ditetapkan pada 28 Oktober 1959, sesuai dengan keputusan presiden No. 316 Tahun 1959. Hingga ini pada 28 Oktober masih diperingati hari sumpah pemuda di seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
(Baca juga: Sumpah Santri Sumpah Pemuda)
Itulah tadi sejarah ditetapkannya hari sumpah pemuda. Semoga nantinya para pemuda milenial dapat menjadi penerus perjuangan para pahlawan, yang berperang dengan pena, ilmu pengetahuan dan teknologi bukan lagi dengan bambu runcing.
Penulis merupakan guru Bahasa Indonesia di MTs Unggulan Nuris