Penulis: M. Izzul Aroby*
Kitab Bidayah Al Hidayah merupakan kitab yang tidak asing bagi santri, mayoritas pesantren mengkaji buah karya Hujjatul Islam Abu Hamid bin Muhammad yang masyhur dengan panggilan Imam Al Ghozali. Pesantren Nuris Jember menjadikan kitab Bidayah al-Hidayah menjadi pelajaran yang wajib diajarkan pada santri saban malam minggu.
Intensitas pembelajaran yang dilaksanakan satu kali seminggu menyebabkan durasi untuk mengkhatamkan kitab ini sangat lama, maka apabila ada santri Nuris yang mempunyai makna lengkap Kitab Bidayah maka dapat dipastikan santri tersebut istimewa dalam keistiqomahan. Selama penulis nyantri, dibutuhkan kurang lebih lima tahun untuk khatam kitab ini.
Syaikul Ma’had Pesantren Nuris Jember, KH. Muhyiddin Abdusshomad, sangat menyukai kitab ini. Hal ini dikemukan oleh Ustad Hollan Umar bahwa pada pertemuan alumni Nuris yang diadakan di dalem (tempat tinggal) beliau sebulan sekali, Kyai Muhyid, sapaan akrab beliau, selalu membaca kitab ini. Pembacaan Kitab Bidayah dilakukan juga oleh Kyai Muhyid kepada para pengurus Pesantren Nuris Jember, baik pengurus putra maupun putri.
Penulis pernah berkunjung ke Ustad Mufid, salah satu alumni pesantren nuris angkatan pertama. Beliau menuturkan bahwa Kitab Bidayah merupakan salah satu kitab yang diajarkan kepada santri dan beliau (Kyai Muhyid) tidak mewakilkan kepada pengurus yang lain.
(baca juga: Berikut Penyebab Lupa menurut Kitab Ta’limul Mta’allim)
Kecintaan Kyai Muhyid terhadap kitab Bidayatul Al Hidayah cukup wajar karena kitab ini merupakan salah satu kitab tasawwuf yang dikarang oleh Imam Ghozali, seorang imam Ahlussunnah wal Jamaah yang kesohor dalam bidang tasawwuf tersebut.
Adapun isi Kitab Bidayah adalah tuntunan bagi umat Islam dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Imam Ghozali juga memaparkan tentang adab (tata cara) masuk dan keluar masjid. Kecintaan Kyai Muhyid terhadap kitab Bidayah ini harus menjadi keteladanan dan inspirasi bagi santri-santri beliau. Mereka harus serius dan istiqomah dalam mempelajari dan mengamalkan kitab Bidayah Al Hidayah tersebut.
Syekh Nawawi Al Bantani, salah satu ulama masyhur tanah air menuliskan syarah (penjelasan) dari Kitab Bidayah ini dengan nama Kitab Muroqil Ubudiyah. Konon, beredar kabar di kalangan santri, bahwa siapa yang ingin menjadi hamba yang dikasihi Allah maka dianjurkan untuk mengamalkan kitab Bidayah Al Hidayah. Waallahu ‘alam.[]
*penulis adalah alumni MA Unggulan Nuris yang kini melanjutkan studi di Polije