Penulis : Tegar Ramadani*
Pendidikan merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk mengembangakan potensi Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sisdiknas. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran.
Banyak hal atau masalah yang sering merusak konsentrasi dan menghambat masuknya proses transfer ilmu dari pengajar ke pelajar. Salah satu masalah tersebut adalah kejenuhan. Kejenuhan merupakan hal yang ada di lingkungan sekolah yang paling banyak dan sering dialami oleh pelajar. Pines dan Aronson menyatakan bahwa sebagian besar pelajar merasa bosan dan tidak bersemangat dalam menerima pelajaran karena metode pembelajaran yang dianggap monoton, terutama pada beberapa mata pelajaran yang berbasis hafalan, hitungan maupun mata pelajaran lain yang memerlukan konsentrasi tinggi.
(Baca juga: Salam Ice: Inovasi Siswa Melalui Jajanan Sekolah)
Ditambah dengan padatnya aktifitas yang tentu saja dapat mengurangi waktu istirahat pelajar sehingga menurunkan tingkat konsentrasi dan minat dalam belajar. Aktifitas yang padat memaksa pelajar untuk memahami semua mata pelajaran. Hal tersebut cukup membenani pikiran pelajar, sehingga mereka mengalami kejenuhan dan terus-menerus merasa malas dalam menjalani aktifitas. Selain itu, mereka cenderung melakukan hal-hal yang berdampak negatif untuk perkembangan karakter dalam pendidikannya.
Di era digital seperti saat ini, sebagian besar pelajar menggunakan gadget. Mereka cenderung menggunakannya untuk hal-hal yang bersifat negatif, padahal kegiatan yang dilakukan akan berdampak pada mental dan kemampuan berfikir. Oleh karena itu, harus adanya sedikit perubahan dalam pembelajaran di kelas dan kegiatan yang dilakukan oleh para pelajar. Perubahan tersebut diharapkan bisa mengubah pola pikir pelajar yang selalu beranggapan bahwa bukan hanya rasa bosan dan jenuh yang bisa didapatkan dalam sebuah pembelajaran dan bukan hanya segi negatif yang akan didapatkan dari gadged.
Maka dari itu pelajar yang bernama Tegar Ramadani yang merupakan anggota KIR Dari SMA Nuris Jemeber membuat sebuah solusi metode pembelajaran berupa game yang di beri nama Perisa (Permainan Sains dan Bahasa)
(Baca juga: Menyapa dunia dengan aplikasi kesehatan mata)
PERISA merupakan permainan video berbasis android yang dapat dimainkan oleh semua kalangan terutama pelajar. Melalui game tersebut diharapkan dapat membantu pelajar mengatasi kejenuhan dan kebosanan terhadap mata pelajaran tertentu. PERISA terdiri dari perpaduan antara aplikasi game, permainan monopoli dan beberapa mata pelajaran yang dikemas dalam satu aplikasi dengan beberapa aturan-aturan unik, icon dan soal-soal yang dapat mengasah otak para pemainnya.
PERISA memiliki sekitar 56 pertanyaan dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga pertanyaan dari jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Sistem dari permainan ini berupa aplikasi game yang memiliki peraturan hampir sama seperti permainan monopoli tetapi terdapat sedikit perubahan di dalamnya.
Permainan ini berisi sekitar 13 mata pelajaran yang terdiri dari (Biologi, Kimia, Fisika, Matematika, Logika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ekonomi, Sosiologi, Pengetahuan Umum, Geografi, Sejarah, TPA (Tes Potensi Akademik). Dengan adanya Aplikasi game ini diharapakan para pelajar yang ada di Indonesia memulai kembali semagat belajarnya dalam menerima transfer ilmu yang diberikan oleh guru.