Gemeletuk Reruntuk

Penulis: Sirli Qurrota Aini*

Ludah sepah membasahi ranah lemah
Serta merta mereka berkecipak sorak sorai
Tikungan waktu bersenandung mendung
Meratapi pasi bersisi tapi diselundupi ilusi

(Baca juga: Akara Akalpa)

Koar tembikar melenggak lenggok
Mendekap sembap lorong teropong
Kerongkong kosong yang lantak tersedak bergemeretak
Gemeletuk runtuk gigi bergerigi
“Siapa bilang?!!!“

Terbilang bilangan lantang menggenang
Secangkir berukir menuang sebentang tuak   
“Bukan Kau! Tapi aku!”
Yayaya!!…

Kau hanya berpikir segelintir naïf nazir
Remah sumringah melepah lelah
Merakit dan bangkit menjerit terbirit-birit
Bodoh dan kokoh tergopoh-gopoh mengecoh

(Baca juga: Ramadhan tak rapuh)

Penjara atau dunia rantai terpagari jera
Ia menampar datar tegar-tegar           
“Pikir baik-baik!
“Jangan picik!”
Pongah dan terpinga-pinga akhirnya
Kesumat keramat tertambat lamat-lamat
Dan kita ialah
Kerabat dan kerabat…
Sungguh Kau suguhkan
Pias satu jua pada berbeda
Kita kerabat dekat…

Pertiwiku yang remang, 15 April 2019

Sumber gambar: theconvertation.com

Penulis merupakan siswa kelas XI IPA MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler penulisan kreatif sastra

Related Post