Penulis: Arini Fahma*
Ketika kartesius memahat waktu
Mencipta siku pada premis kelam
Demi tubuh bersegitiga mengharap relasi-NYA
Namun, apalah
Mungkin dusta
Sungguh 100 jawabannya.
(Baca juga: Akara akalpa)
Sebab meski doa telah melingkar di angkasa
Serta usaha telah berpeluang 1
Elemen dunia tetap berkurva, bahkan saling bernegasi
Mengintegralkan, lalu sekejap mendiferensialkan
Tuhan, Engkau senantiasa berpetuah
Bahwa imajiner itu himpunan { }
Dan positif-negatif dapatlah bersinggungan
Tapi, kini telah sampai pada ujung ordinat
Lelah…
(Baca juga: Air langit para dewa)
Tuhan,
setelah tiada titik berat
Akankah masih saling limit
Tuhan, jika hati tak lagi sejajar
Akankah kasih-MU tetap ∞
Diskonjungsi, hamba tak lagi pantas menyapa-MU
Jember, 30 Januari 2019
Sumber gambar: otosia.com
Sang musafir waktu
Penulis merupakan siswa kelas XII IPA MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler penulisan kreatif sastra