Gus Maksum: Panglima NU Majdub

Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*

“Awan yang lembut merekah di ujung sana menampakkan dirinya pada sebuah kedamaian. Mereka berdiri dengan rasa takut hanya kepada Allah, diam menandakan kedamaian dan bergerak menandakan keagresifsan.”

Pondok pesantren bukan hanya sebagai tempat menimba berbagai ilmu agama, seperti fiqih, tasawwuf, nahwu, sharaf dan lain-lain. Akan tetapi juga memperlajari ilmu kanuragan dan kebatinan agar menjadi pendakwah yang tangguh, tegar, dan pemberani. Para kiai dulu rata-rata semuanya menejadi pendekar bagi masyarakat dan santrinya, karena mereka memiliki ilmu bela diri dan ilmu kebatinan.

(Baca juga: Ahmad Tohari: Satrawan Indonesia yang cinta budaya)

Para ulama dan kiyai dulu yang menjadi pendekar selalu saja membuat kebathilan takut untuk lewat di depannya. Dari takutnya hingga kebathilan itu tak ingin menampakkan sama sekali di muka bumi ini. Namun para ulama dan kiyai pendekar tersebut merasakan kehawatiran dalam menjaga kedamaian, lalu mereka bertemu dengan Gus Maksum yang memang darah titisan pendekar atau biasa disebut dengan titik tumpuannya dunia persilatan.

12 Muharrom 1406 adalah hari yang sangat bersejarah, pada hari itu mereka dikumpulkan di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur dengan misi mengagas suatu wadah di bawah naungan ormas Nahdlatul Ulama’ (NU) yang dikhususkan mengkoordinir pencak silat. Acara itu bukan hanya dihadiri oleh para santri melainkan tokoh-tokoh pencak silat juga ikut berpartisipasi dengan menghadiri acara tersebut dari beberapa daerah seperti Jombang, ponorogo, Pasuruan dan lain-lain.

(Baca juga: Tiga tokoh nahdlatul ulama yang membumi di dunia sastra Indonesia)

Setelah selesai musyawarah tersebut merasa kurang lalu diadakan lagi musyawarah tersebut sebagai peresmian pencak silat NU bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ualam’ atau bias disebut dengan Pagar Nusa. Maka dinobatkanlah Gus maksum sebagai ketua umum pecak silat Pagar Nusa. Kata pagar Nusa bukan hanya sekedar kata organisasi pencak silat melainkan kata tersebut adalah singkatan yang mempunyai kepanjangan “Pagarnya NU dan Bangsa”.

Penobatan Gus Maksum sebagai ketua Pencak Silat Pagar Nusa dilakukan oleh ketua umum PBNU KH. Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH Ahamd Siddiq.

Seorang pendekar pencak silat ini kelahiran Kanirogo, Kras, Kediri yang terlahir pada tanggal 8 Agustus, seorang cucu dari pendiri Pondok pesantren Lirboyo KH Manaf Abdul Karim. Soso yang menjadi guru dan pahlawannya di masa kecil adalah KH Abdullah Jauhari di Kanirogo. Awal pendidikan beliau dimulai dari SD Kanirogo dan melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah lirboyo, sayangnya beliau tida menamatkan sekolahnya melainkan beliau lebih memfokuskan dirinya pada ilmu silat dan ilmu kebatinan.

Lakonnya di NU bukan hanya sebagai jendral utama persilatan melainkan beliau juga terjun dalam dunia politik, hanya saja beliau mengambil jalan lurus politik NU. Saat desas-desus politik PKI yang ingin menumpas ormas Nu, saat itulah Gus Maksum melancarkan aksinya dengan menjadi komandan penumpasan PKI beserta anteknya di wilayah Jawa Timur. Pada tanggal 21 Januari 2003 bumi mendengar kabar kewafatan Gus Maksum yang dimakamkan di pemakamkan keluarga Pesantren Lirboyo dengan memberi bekas semangat pejuang yang membara dan keberanian yang terkenang luar biasa di telinga para warga NU.

Sumber gambar: bangkitedia.com

Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post