Penulis : Tegar Ramadani*
Pada era saat ini energi tidak lepas dari berbagai kegiatan manusia. Tanpa adanya energi aktivitas manusia akan terhambat. Energi yang sering digunakan saat ini berasal dari makhluk hidup dan mikroorganisme yang telah tersimpan berjuta-juta tahun di dalam perut bumi. Tekanan dan suhu yang tinggi membuat fosil-fosil tersebut berubah menjadi gelembung-gelembung minyak dan gas, sedangkan batu bara terbentuk karena proses penguraian yang tidak sempurna.
Energi memiliki banyak variasi salah satunya adalah minyak bumi. Minyak bumi merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui karena terbuat dari fosil-fosil yang telah terpendam berjuta tahun yang lalu. Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, minyak bumi di Indonesia akan habis 12 tahun lagi jika tidak ada cadangannya. Minyak bumi yang dimiliki Indonesia saat ini sebesar 3,3 miliar barel.
(Baca juga: Copum: cookies sehat dari ubi jalar)
Dengan asumsi produksi konstan 800.000 per hari. Tanpa adanya temuan cadangan baru, maka dalam 12 tahun ke depan Indonesia tidak mampu memproduksi minyak bumi lagi. Padahal dengan seiringnya waktu kebutuhan akan minyak bumi semakin hari semakin meningkat.
Dalam hal ini perlunya sebuah pemikiran unik dari generasi muda Indonesia untuk menangani permasalahn ini. Kemudian timbul sebuah pemikiran unik yang berasaa dari siswa-siawi SMA Nuris Jember yaitu 1) Sukmal Insan Rahmatullah, 2) Lailatul Muafida dan 3) Iva Datul Amaliya dengan pemikiran memanfaatakan Limbah Alam Sekitar untuk dijadikan sebuah energi Alternatif yaitu limbah hasil pertanian berupa Limbah batang Tembakau dengan menjadikannya berupa Biofuel yang mereka namai NITOBIO.
(Baca juga: Inovasi Plastik ramah lingkungan dari hasil laut)
Biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian.
Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel yaitu, pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian), fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 % metana), atau fermentasi pada
tumbuhan yang mengandung selulosa untuk menghasilkan alkohol dan ester. Pembuatan biofuel yang dilakukan oleh penulis berupa pembakaran limbah organik kering dari hasil pertanian.
Limbah batang Tembakau dipilih karena memilki kandungan selulosa yanag cukup tinggi yaitu sekitar 35-40% dari seluruh total dari Tumbuhan itu sendiri. Dengan adanya penemuan ini peneliti berharap adanya upaya sebuah gerakan dari pemerintah untuk mendukung adanya NITOBIO Ini untuk mendukung gerakan mandiri Energi.
Sumber gambar: regional.kontan.co.id
Penulis merupakan siswa kelas XI IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler karya tulis ilmiah