Penulis: Tegar Ramadani*
Gizi buruk adalah suatu keadaan kekurangan energi dan protein akibat kurangnya asupan yang masuk kedalam tubuh, dapat juga diartikan status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umum (BB/U) yang merupakan padanan istilah Severely Underwigh.
Di Indonesia sebanyak 3,9% balita mengalami gizi buruk dan yang menderita kurang gizi sebesar 13,8% (RISKEDAS,2018). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada balita, faktor tersebut meliputi pola asuh dan pola makan. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan gizi buruk pada balita ialah penyakit infeksi. Ada keterkaitan antara penyakit infeksi dengan gizi buruk. Balita yang menderita infeksi berisiko mengalami gizi buruk sebesar 5,6 kali dibanding dengan yang tidak mengalami infeksi (Mursyid,2015).
(Baca juga: kulitmu kusam? yuk simak tips berikut)
Pada usia balita kebutuhan nutrisi merupakan prioritas utama. Karena dalam perkembangan balita, nutrisi sangat dibutuhkan bagi tubuh, sehingga nutrisi balita harus tercukupi dengan cara memperhatikan pola makan yang dikonsumsi setiap hari. Kebiasaan pada saat usia balita tidak memiliki pikiran yang cerdik, apapun yang ada di hadapannya pasti akan di masukkan kedalam mulutnya sehingga, bagi para ibu-ibu perlulah memperhatikan aktivitas balita agar kesehatannya tetap terjaga. Selain itu asupan nutrisi pada balita haruslah tercukupi agar kesehatan balita tetap terjaga, karena tanpa nutrisi yang cukup, maka akan berakibat mengalami resiko kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan balita.
Sayangnya kebutuhan gizi pada balita sering dianggap remeh sehingga tidak dapat terpenuhi secara sempurna. Kebanyakan orang tua tidak memperhatikan gizi yang harus terpenuhi, dimana akan berakibat pada pola tumbuh kembang balita. Selain itu, faktor lain yang dapat menghambat terpenuhinya nutrisi pada balita yaitu kurangnya nafsu makan karena lebih tingginya hasrat untuk bermain dan meningkatnya rasa berkeinginan untuk memakan makanan yang ringan.
(Baca juga: tips memilih masker cegah covid-19)
Berangkat dari permasalahn tersebut siswa SMA Nuris Jember yang beranggotakan Alfin Selfiana dan Dini Humairoh telah berinovasi untuk membuat sebuah kukis yang berasal dari bahan utama yaitu kedlai edamame yang diberi nama CO-KEDA. Memilih edamame karena Kedelai Edamame (Glycine max (L) ) merupakan sebutan untuk jenis kedelai hijau yang dapat dikonsumsi. Edamame ini merupakan jenis kacang-kacangan yang penting di Asia, yang dipanen serta dikonsumsi saat masih setengah matang. Selain itu edamame juga memiliki kandunagan gizi yang cukup tinngi yaitu seperti protein dan karbohidratsebgai pemenuhan gizi pada balita.
Adapun langkah-langkah pembuatannya, yang pertama adalah pembuatan tepung kedelai edamame dengan bahan baku utama ialah kedelai edamame segar yang sudah siap panen, alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tepung kedelai edamame yaitu baskom, blender, ayakan dan loyang. Stelah siap kemudian kukis edamame langsung siapa dijuala untuk memenuhi kebutuhan akan gizi pada balita.
Sumber gambar: tribunnews.com
Penulis merupakan siswa kelas XII IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler karya ilmiah remaja