Penulis: Deli Annisa Virca*
Edward Burnett Tylor- Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan – kemampuan lain yang didapat seorang sebagai anggota masyarakat.
Gemah Ripah Loh Jinawi “tentram dan makmur serta sangat subur tanahnya”.
Julukan tersebut sangat cocok diberikan untuk negri pemilik 17.491 pulau ini. Karena tertanam beribu harta dan ragam budaya yang dapat kita jumpai distiap jengkal pulaunya. Menurut Wikipedia, budaya sendiri sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal) diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
(Baca juga: si merah yang bermanfaat)
Banyak tanah di Negeri Indonesia ini yang masih kental budayanya, kota Gandrung salah satunya (Banyuwangi). Kota ini merupakan salah satu kota yang menyimpan beragam nilai mistis yang masih kental. Namun, justru nilai mistis tersebutlah yang membuat budaya di kota ini semakin menarik. Seperti upacara adat yang terdapat di Kecamatan Glagah, tepatnya Desa Olehsari dan Bakungan. Pelaksanaan adat ini bertujuan untuk membersihkan desa (tolak bala) agar desa tetap dalam keadaan aman dan damai. Upacara adat yang dilakukan berupa tarian yang dilakukan oleh seorang perempuan yang merupakan keturunan dari penari Seblang sebelumnya.
Upacara adat Seblang di kedua desa ini memiliki perbedaan. Pertama, waktu pelaksanaan. Di Desa Olehsari upacara adat Seblang dilaksanakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan Desa Bakungan melaksanakan upacara adat satu minggu setelah Idul Adha. Kedua, syarat penari Seblang. Kedua desa sama – sama mengharuskan untuk memilih penari dari keturunan penari Seblang sebelumnya. Bedanya, Desa Olehsari mengharuskan gadis yang belum akil baliq, sedangkan Desa Bakungan mengharuskan penari yang telah menopouse1. Ketiga, alat musik yang digunakan. Kedua desa menggunakan gendang, kempul atau gong dan buah sarong2.
Namun Desa Olehsari menambahkan biola untuk music pelengkapnya. Keempat, kostum yang digunakan. Perbedaan mencolok terlihat pada omprok atau mahkota yang dikenakan. Omprok milik Desa Olehsari terlihat lebih ramai dan megah meski bahan yang digunakan sama, yaitu pelepah pisang yang telah disuwir – suwir, berbagai macam bunga segar dan kaca yang diletakkan di bagian tengah omprok. omprok milik Desa Olehsari terlihat lebih ramai dan megah karena jumlah bahan yang dipakai lebih banyak daripada omprok milik Desa Bakungan.
(Baca juga: tak hanya sebagai makanan ringan, ternyata jamur tiram banyak manfaatnya loh)
Sebelum upacara adat dimulai, dukun atau pawang membuat penari kerasukan sehingga penari menari dalam keadaan tak sadarkan diri. Proses masuknya roh diawali dengan Gending3 Lukinto, yakni Gending yang dipercaya dapat mengundang roh – roh halus datang ke upacara Seblang ini. Setelah dipastikan bahwa penari telah kerasukan, selanjutnya penari dipasangkan mahkota atau omprok dan diantar ke tempat yang telah disediakan untuk memulai aksinya.
Gending terus berlanjut, beralih dari Gending khas Using satu ke Gending khas Using lainnya. Penari akan mulai menari dengan gerakan yang cenderung monoton dan penari akan mengikuti tuntunan pawang. Ada salah satu Gending yang dimana, saat Gending tersebut dimainkan terjadi transaksi jual beli bunga Dermo. Bunga Dermo ini dipercaya bisa menolak bala, dan dijadikan jimat yang bisa diletakkan di suatu tempat di rumah, ladang, sawah, dan sebagainya. Selain bunga Dermo ini, ada ritual lain dalam Seblang yakni Tundikan.
Ritual penari mengajak penonton untuk menari bersamanya dengan melempar selendang ke arah penonton. Siapa yang kena, dia yang harus menari dan penonton tersebut diyakini akan mendapat keberuntungan setelah menari bersama penari Seblang. Acara di hari terakhir ditutup dengan mengajak penari Seblang berkeliling desa sekaligus menuju ke empat penjuru di desa tersebut. Hingga saat ini upacara Seblang masih berlangsung.
Masih banyak budaya lain di pelosok negeri ini yang belum terekspos keindahannya.Betapa hebatnya warga Indonesia, tetap dapat menjaga kelestarian budaya yang mulai memudar sebab terkikis kerasnya zaman milenial.
Jika ditinjau dari kacamata pendidikan, upacara adat Seblang ini mengajarkan kita bagaimana kita harus menjalankan norma – norma kolektif agar solidaritas tetap terjalin. Terjalinnya solidaritas ini membuat budaya yang kita miliki memiliki kemampuan bertahan yang kuat. Bertahan menghadapi arus globalisasi yang membawa budaya baru dari dunia luar. Melalui adat ini kita juga dapat menumbuhkan kecintaan tiap individu terhadap negeri ini. Berawal dari melihat upacara adat Seblang kita bisa mengetahui betapa kayanya negeri ini, dan dari sana pula rasa memiliki dan ingin menjaga akan timbul. Dengan begitu, rasa kebersamaan, kerukunan dan gotong royong yang merupakan ciri khas warga Indonesia ini akan tetap terjaga.
Sebagai warga Indonesia sudah sepatutnya kita bangga bisa menjadi bagian dalam negeri Gemah Ripah Loh Jinawi ini. Tidak cukup dengan bangga, mari tunjukkan kebanggaan kita terhadap bangsa ini dengan menjaga kelestarian budayanya.
1berhentinya masa menstruasi secara alami
2salah satu alat musik Gamelan
3instrumen pengiring tari
Sumber bacaan
(www.gurupendidikan.co.id).
(www.kompasiana.com)
www.banyuwangibagus.com
Sumber gambar: mancode.id
Penulis merupakan siswa kelas XII IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik