Apa Makna Santri Menurut Para Alumni Nuris?

Peringati Hari Santri, Para Alumni Nuris Ceritakan Kesan Mereka Selama Nyantri

Pesantren Nuris- Hari santri nasional diperingati pada 22 Oktober, lalu apa sih sebenarnya makna santri itu sendiri? Nah ini dia kata para alumni Pesantren Nuris Jember tentang makna santri yang sesungguhnya, dan kesan yang mereka rasakan selama nyantri di Pesantren Nuris Jember, yuk simak!

Arifda Rahmawati (Mantan ketua asrama putri (Dalbar) Pesantren Nuris Jember (2005-2010), Pendammping Pkh Bondowoso (2016-sekarang).

Menurut saya, santri itu harus selalu menjadi sebuah identitas tak terpisahkan dari diri kita, sejauh apapun kita melangkah, kemanapun kita pergi dan jadi apapun kita nanti.

Seorang santri bukan hanya seseorang yang menimba ilmu agama semata di pesantren, lebih dari itu santri harus bisa menjadi pribadi mandiri, yang tiap hari hidup dan belajar mengalahkan dirinya sendiri, untuk melawan segala keterbatasan, menghadapi segala macam rintangan, dan berusaha keluar dari zona nyaman agar bisa melanjutkan hidupnya kelak di masyarakat serta bermanfaat bagi orang lain.

(Baca juga: pilih jurusan sesuai passion, alumni ini lolos jalur spanptkin)

Kesan saya pernah nyantri di Nuris selama 10 tahun. Selain mendapatkan ilmu agama dan pengalaman, lebih tepatnya saya belajar menemukan jati diri, karena apapun yang kini saya butuhkan untuk “hidup” dan menjadi “manusia” saya pelajari selama menjadi santri.

Saya sangat beruntung memiliki guru sekaligus pengasuh yang benar-benar membimbing dan mendoakan santri-santrinya dengan tulus, dan hal baik yang saya lalui kini. Saya yakini karena barokah para guru dan pesantren yang pernah saya jadikan tempat menimba ilmu. Selamat hari santri nasional, saya bangga menjadi santri Nuris.

Nur Izzatul Maulida (Mahasiswi Doktoral di National Chiayi University, Fakultas Agriculture (Pertanian), departemen Ph.D Program of Agriculture Science, minat plant physiology)

Menurut saya menjadi santri seharusnya menjadi manusia yang berakhlakul karimah dimanapun berada serta taqwa kepada Allah Swt.

Kesan saya menjadi santri, Nuris adalah rumah bagi kami, tempat kami pulang dan menengkan diri. Dari Nuris kami belajar menjadi manusia yang berbudi luhur dan mencintai masyarakat.

Nur Arina Zulfa (Kepala Asrama Putri (Daltim) Pesantren Nuris Jember (2020)

Bagi saya dimanapun dan kapanpun, seorang santri tetaplah santri. Meski menjadi alumni, seorang santri tetap harus menjaga esensi dari kesatriannya. Karena dimanapun dia berada barokah dari para masyayikh dan pengasuh tetap mengalir di kehidupan-kehidupan berikutnya. Seorang santri, tetap harus tawadhu’, berakhlakul karimah, transformatif dan mampu menjadi pelopor kedamaian untuk bangsa dan negara

Kesan saya selama menjadi santri. Bagi saya, menjadi santri memberikan banyak sekali pelajaran hidup. Seperti belajar menyesuaikan sosial kehidupan dengan orang lain, belajar nrimo dan legowo, belajar menjadi seorang pemimpin yang berawal dari dirinya sendiri, dan masih banyak hal lainnya. Intinya menjadi santri berarti kita belajar dadi wong sing andap asor, yang merangkak terlebih dahulu untuk bisa menjadi yang di atas.

(Baca juga: calon perawat alumni nuris lolos kuliah di poltekkes kemenkes surabaya)

Nuril Firdausiyah (Kepala TPA Sani Pesantren Nuris Jember 2020)

Menurut saya santri itu bisa berjiwa sebagai santri dimanapun berada. Barokah itu bisa dirasakan meski tak tampak.  Bagi saya Nuris itu KEREN kayak ada magnet, yang selalu membawa saya untuk kembali ke pesantren, untuk mengabdikan diri.

Yolanda Dwi Septiawati (Tim IT Asrama Putri (Daltim) Pesantren Nuris Jember (2020)

Menurut saya menjadi seorang santri harus menjaga identitasnya sebagai seorang santri walau sudah menjadi alumni. Menjadi santri tidak harus kolot dan kaku.

Selama menjadi santri di Pesantren Nuris Jember, saya mengalami perubahan yang besar. Saya lebih open-minded dan mengembangkan potensi. Sangat bangga menjadi santri nuris. Selama perjalanan mencari potensi diri, Nuris ada untuk membantu menemukan potensi saya. Memberi ruang untuk mengasahnya.  Hingga kini saya melihat banyak santri lainnya yang menemukan bakatnya disini. Terimakasih Nurisku.

Ayu Novita Sari (Pimred Majalah Nuris Periode 2020-2022)

Menjadi santri itu tidak muluk, mencari barokah dan selalu mengabdi. Semuanya akan ngikut. Kesan saya, tentu sangat banyak sekali. Di Nuris saya mulai dikenal, yang mempertemukan saya dengan orang-orang besar, dan selalu mengajarkan saya arti dari sabar, ikhlas, dan segala impian. Nuris itu tak dapat disajakkan, karena hanya dapat dirasakan dalam hati. [Red.Dev]

Sumber gambar: iainponorogo.ac.id

Related Post