Seperti Apa Pemuda Ideal dalam Islam?

Penulis: Dzikri Dzulkarnain*

Pada era reformasi sekarang ini, pemuda-pemuda Islam dihadapkan dengan tantangan zaman yang menuntut keteguhan iman. Tanpa iman, mereka akan mengalami disorientasi pada masa yang akan datang, disamping itu tentu saja mendapat murka Allah SWT. Pemuda Islam dituntut untuk menghadapi berbagai tantangan zaman yang cermat, serius tanpa harus mengorbankan iman.

Dalam terminologi Al-Qur’an, pemuda disinggung dengan “fata” sebuah istilah yang mempunyai arti dinamika kontinonitas, artinya seorang pemuda harus mempunyai dinamika hidup yang evolutif, tidak terus terpaku oleh marsisme kebiasaan lama yang tidak aktual lagi. Kisah teladan pemuda, menurut visual Al-Qur’an direkam secara gamblang dalam surat Al-Kahfi, ketika menyingkap sikap Ashabul Kahfi. Allah SWT berfirman:

(نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى (الكهف :۱۳
“Kami ceritakan kisah kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya sesungguhnya mereka itu pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi: 13).

(Baca juga: cara sukses step by step)

Pemuda Ashabul Kahfi, sebagai pelaku sejarah, disinggung dalam Al-Qur’an dengan predikatnya فتية امنوا باالله (pemuda yang beriman kepada Allah) dengan demikian, tipe ideal pemuda menurut visi Al-Qur’an adalah pemuda yang menjadikan iman sebagai landasan utamanya (al-mauhaj al-ula). Berikut tipe pemuda ideal dalam Al-Qur’an berangkat dari kisah Ashabul Kahfi:

1. Pemuda dituntut mempunyai keteguhan iman yang tinggi, dalam konteks sejarah Ashabul Kahfi digambarkan sebagai kelompok minoritas yang beriman kepada Allah. Namun berkat jerih payah yang melawan penguasa yang dzalim demi meneguhkan keimanan mereka dianggat sebagai tipe teladan yang baik oleh Allah.

2. Sekelompok pemuda Ashabul Kahfi yang dideskripsikan dalam Al-Qur’an sekaligus mengisyaratkan bahwa kebersaman dan kesatuan merupakan salah satu teladan mereka, mustahil mereka menghindar dari penguasai yang dzalim tanpa adanya kebersamaan dan kesatuan sampai Nabi menggambarkan sesama mukmin sebagai satu konstruksi bangunan kokoh saling menopang satu sama lain.

(Baca juga:lembut bukan berarti lembek)

3. Kesabaran merupakan aspek lain yang disinyalir dalam Al-Qur’an sebagai sisi lain keteladan mereka, ketika mereka dihadapkan pada tantangan mayoritas kaumnya yang ateis, mereka tetap tabah dan sabar seraya terus memohon petunjuk kepada Allah SWT.

Benang merah yang dapat kita tarik adalah pemuda yang ideal adalah pemuda yang memiliki keteguhan iman yang tidak pernah pudar walau rintangan dan godaan menghalang, dan yang tak kalah pentingnya adalah pemuda ideal harus memiliki kebersamaan dan kesatuan yang tinggi sehingga tercipta sebuah benih kesuksesan.

Sumber gambar: islampos.com

Penulis merupakan alumni MA Unggulan Nuris

Related Post