Penulis: Abdul Wafi*
Mencintai sahabat Nabi Muhammad SAW memang sudah dianjurkan sebagai wujud kecintaan terhadap Nabi sekaligus sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut alasan mengapa kita harus mencintai sahabat Nabi Muhammad SAW.
Pertama, Sahabat Adalah Generasi Terbaik
Rasulullah bersabda;
خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik kalian adalah zamanku. Kemudian orang-orang setelah kalian, kemudian orang-orang sete–lahnya.” (HR. Al-Bukhari).[1]
Kedua, Perintah Rasulullah untuk Mengikuti Sunah al-Khulafa ar-Rasyidin
Rasulullah bersabda;
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ اْلمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِدِ
“Maka pegang teguhlah sunahku dan sunah para Khalifah yang mendapat petunjuk dan lurus. Peganglah itu dan gigitlah dengan gigi geraham.” (HR. Abu Dawud).[2]
Ketiga, Ajaran Para Sahabat Pasti Benar
Rasulullah bersabda;
وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمِنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي.
“Dan sungguh Bani Israel akan terpecah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali 1 golongan saja. Para sahabat bertanya, “Siapa 1 golongan itu wahai Rasulullah?”, beliau menjawab, “Orang yang berpegang teguh dengan ajaranku dan para sahabatku.” (HR. At-Tirmidzi).[3]
Kempat, Jaminan Surga bagi Sabahat Ahlul Badar
Rasulullah bersabda;
وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ اللهَ أَنْ يَكُونَ قَدْ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ : ” اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُم “
“Apakah engkau mengetahui, bahwa Allah telah melihat (ke dalam hati) orang-orang yang ikut dalam perang Badar, lalu Ia berfirman: “Lakukanlah apa yang kalian kehendaki, sungguh Aku telah mengampuni kalian”. (HR. Al-Bukhari).[4]
Kelima, Sahabat Rasulullah Adalah Penjaga Umat
Rasulullah bersabada;
النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَإِذَا ذَهَبَتِ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ وَأَنَا أَمَنَةٌ لأَصْحَابِى فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِى مَا يُوعَدُونَ وَأَصْحَابِى أَمَنَةٌ لِأُمَّتِى فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِى أَتَى أُمَّتِى مَا يُوعَدُونَ
“Bintang-bintang itu penjaga bagi langit, jika ia lenyap maka terjadilah pada langit apa yang telah dijanjikan. Aku adalah penjaga bagi sahabatku, jika aku telah tiada, maka akan terjadi pada sahabatku apa yang dijanjikan. Dan para sahabatku adalah penjaga umat ini, jika mereka tiada, maka akan terjadi pada umat ini apa yang dijanjikan”. (HR. Muslim).[5]
(baca juga: Sepuluh Sahabat Nabi Muhammad SAW Dijamin Surga)
Keenam, Kewajiban Memuliakan Para Sahabat
Rasulullah bersabda;
أَكْرِمُوا أَصْحَابِي ، فَإِنَّهُمْ خِيَارُكُمْ
“Muliakanlah sahabatku, karena sesungguhnya mereka adalah (generasi) terbaik kalian.” (HR. Al-Baghawi).[6]
Ketujuh, Kemuliaan Para Sabahat Rasulullah
Rasulullah bersabda;
لَا تَزَالُوْنَ بِخَيْرٍ مَا دَامَ فِيْكُمْ مَنْ رَآنِيْ وَصَاحَبَنِي ، وَاللهِ لَا تَزَالُوْنَ بِخَيْرٍ مَا دَامَ فِيكُمْ مَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي وَصَاحَبَ مَنْ صَاحَبَنِي
“Kalian akan senantiasa berada dalam kebaikan selama masih ada di antara kalian orang yang pernah melihat dan menemaniku. Demi Allah, kalian akan senatiasa berada dalam kebaikan selama masih ada di antara kalian orang yang pernah melihat orang yang melihatku dan berteman dengan orang yang menemaniku” (HR. Ibnu Abi Syaibah).[7]
Kedelapan, Mencintai Para Sahabat Menjadi Tanda Orang yang Beriman
Rasulullah bersabda;
آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ
“Tanda iman itu cinta kepada kaum Anshar dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar.” (HR. Al-Bukhari).[8]
Kesembilan, Keagungan Pahala Amal Para Sahabat Nabi
Rasulullah bersabda;
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ
“Janganlah kalian mencaci para sahabatku, andaikan kalian bersedekah dengan emas sebesar gunung uhud, maka hal itu tidak bisa mengimbangi sedekah yang dikeluarkan para sahabat satu mud saja atau sepa-ruhnya.” (HR. Muslim).[9]
Kesepuluh, Mencintai Para Sahabat Berarti Mencintai Nabi
Rasulullah bersabda;
اللهَ اللهَ فِي أَصْحَابِي اللهَ اللهَ فِي أَصْحَابِي لَا تَتَّخِذُوهُمْ غَرَضًا بَعْدِي فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّي أَحَبَّهُمْ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِي أَبْغَضَهُمْ وَمَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِي وَمَنْ آذَانِي فَقَدْ آذَى اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَنْ آذَى اللهَ فَيُوشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ
“Hati-hatilah terhadap sahabat-sabahatku, hati-hatilah terhadap sahabat-sahabatku, janganlah kalian menjadi–kan mereka sebagai kepentingan setelahku. Barang siapa yang mencintai mereka, maka berarti mereka telah mencintaiku, dan barang siapa yang membenci mereka, maka berarti mereka telah membenciku, barang siapa yang menyakiti mereka, maka berarti mereka menyakitiku, dan barang siapa yang menyakiti-ku berarti telah menyakiti Allah, dan barang siapa yang menyakiti Allah, maka dihawatirkan mendapatkan siksa-Nya.” (HR. Ahmad, al-Baihaqi, al-Baghawi, Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).[10]
Kesebelas, Para Sahabat Nabi r Adalah Manusia Pilihan
Rasulullah bersabda;
إنَّ اللهَ اخْتَارَ أَصْحَابِي عَلَى الْعَالَمِينَ سِوَى النَّبِيِّيْنَ وَالمُرْسَلِينَ
“Sesungguhnya Allah memilih para sahabatku atas seluruh alam, selain para Nabi dan Rasul.” (HR. Al-Haitsami).[11]
Kedua belas, Manusia Terbaik Setelah Nabi
Rasulullah bersabda;
أَنْتُمْ تُوَفُّونَ سَبْعُوْنَ أُمَّةً أَنْتُمْ آخِرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللهِ عزوجل
“Kalian semua dipenuhi 70 umat, kalian yang terahir dari umat itu dan kalianlah yang terbaik di sisi Allah.” (HR. Al-Haitsami).[12]
Ketiga belas, Larangan Mencaci Maki Para Sahabat Nabi
Rasulullah bersabda;
وَ مَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِي وَمَنْ آذَنِي فَقَدْ آَذَى اللهَ
“Barang siapa yang mencela mereka (para sahabat) berarti telah mencela diriku, dan barang siapa yang mencelaku berarti telah mencela Allah.” (HR. At-Tirmidzi).[13]
sumber foto kover: zawaya.id
*penulis adalah alumni PP.
Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur
[1] Shahih Muslim, hadis no (6638). Juz 7 hal 185. Maktabah Syamilah. Dan Shahih al-Bukhari, hadis no (2651). Juz 3 hal 171.
[2] Ibid.
[3] Sunan Tirmidzi, hadis no (2641). Juz 5 hal 26.
[4] Shahih al-Bukhari, hadis no (3007). Juz 4 hal 60.
[5] Shahih Muslim, hadis no (6629). Juz 7 hal 183.
[6] Imam al-Baghawi, Syarh as-Sunnah, juz 9 hal 28
[7] Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf, juz 7 hal 549
[8] Shahih al-Bukhari, hadis no (17). Juz 1 hal 12.
[9] Shahih Muslim, hadis no (6651). Juz 7 hal 188.
[10] At-Tirmidzi, Kitab al-Manakib, bab 59, hadis no (6862), juz 5 hal 696.
[11] Al-Haitsami, Majma’ az-Zawaid, juz 3 hal 29.
[12] Ibid, juz 4 hal 391.
[13] At-Tirmidzi, Kitab al-Manakib, bab 59, hadis no (6862), juz 5 hal 696.