Semula Hafal 2 Juz saat Kelas 2 MI, Terus Bersemangat jadi Hafizah, dan Tetap Geluti Pelajaran yang Disukai yakni Matematika
Pesantren Nuris – Pesantren Nuris Jember turut berbangga atas capaian santri shalehah dan cerdas ini. Pasalnya, dia menambah catatan santri penghafal Alquran 30 juz menjadi yang ke-15 di lembaga yang dipimpin oleh Pengasuh Gus Robith Qoshidi tersebut.(30/8)
Per tanggal 30 Agustus 2021, santri yang kini duduk di bangku MTs Unggulan Nuris, kelas IX I atas nama Aniza Salsabila, dinyatakan khatam 30 juz bil ghoib. Kesuksesan remaja yang suka pelajaran matematika dalam menghafalkan Alquran ini terhitung kurang dari 3 tahun sejak berada di Program Unggulan Tahfizul Quran Pesantren Nuris Jember.
Ning Hasanatul Khalidiyah, anggota majelis pengasuh sekaligus Kepala MTs Unggulan Nuris, menyatakan, “Alhamdulillah program unggulan tahfizul Quran di lembaga kami terus istikamah dalam mencetak generasi cerdas yang Qurani. Penghafal 30 juz di lembaga kami terus bertambah, semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan untuk juga bisa mengamalkannya.”
“Kurang lebih hampir 6 tahun program unggulan tahfizul Qur’an, program intensif ini kami berjalan sudah terdapat belasan santri yang khatam. Yang terbaru dicapai oleh putri dari bapak Ahmad Fauzan dan ibu Anita Irma Khoriroh. Semoga semakin berkah dan cita-cita ananda Aniza Salsabila dimudahkan oleh Allah Swt. amin.” Imbuhnya.
(baca juga: Ingin Studi Sarjana di Universitas Ummul Quro Mekah, Hafizah 30 Juz Nuris ini sudah Persiapan)
Semenjak berdirinya sarana tahfizul Quran Hj. Siti Fatimah yang merupakan hibah dari seorang dermawan tersebut, program tahfizul Quran di Pesantren Nuris Jember semakin fokus dan berkembang pesat. Tak hanya sekadar mencetak santri hafiz dan hafizah, tetapi juga berprestasi membanggakan baik tingkat kabupaten hingga nasional.
Remaja asal Mumbulsari ini menuturkan, “Pokok semangat dan fokus dengan tujuan untuk menjadi seorang hafizah insya Allah selalu ada kemudahan. Saya pun juga sering mengalami rasa bosan dan lelah hafalan, tetapi berkat dukungan ustaz dan ustazah yang sangat telaten hingga akhirnya saya bisa khatam kali ini.”
Menurut remaja kelahiran Jember, 23 Mei 2007 tersebut, proses menghafalkan Alquran itu butuh kesungguhan, fokus, dan punya strategi mengatasi rasa bosan dan lelah. Selain itu, kompetensi pendamping hafalan saat murajaah juga berpengaruh terhadap kemajuan hafalan dan pemahaman Alquran santri.
“Saya selain hafalan juga melampiaskan hobi saya sama pelajaran matematika. Mungkin bagi banyak orang merasa akan tambah pusing dengan kesibukan hafalan lalu berlatih dengan matematika. Bagi saya malah sebaliknya, bahkan saya ke depan ingin mencoba olimpiade matematika dan terus memantapkan pemahaman tafsir Alquran.” Imbuhnya.[AF.Red]