Bersama Kita Mengabdi, Sebuah Refleksi

Penulis: Cholis Rosyidatul Husnah*

Khoirunnas Anfa’uhum Linnas (Sebaik-baik manusia, adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain)

Hadis tersebut sangat tepat jika kita membahas terkait “Mengabdi”. Lantas apa sih megabdi itu?

Ya, mengabdi itu berasal dari akar kata “Abdi” yang berarti pelayan;  hamba (dalam KBBI). Abdi disini berasal dari bahasa arab yakni عبد yang berarti hamba, abdi. Abdi disini adalah manusia yang senantiasa tunduk pada kehendak Tuhan. Seperti kita lihat bersama, banyak diantara kita yang mengklaim dirinya telah memberikan pengabdian. Entah itu kepada Tuhan, atau kepada yang lainnya. Bahkan lebih dari itu, terdapat pula dari kita yang mengatasnamakan “Pengabdian” untuk mencapai suatu tujuan, dan kata “pengabdian” hanya dijadikan pengakuan legitimatif untuk sebuah kepentingan pribadi. 

Mengabdi bisa disebut pula dengan berkhidmah. Dalam hal ini banyak sekali contoh khidmah para ulama yang bisa kita jadikan tauladan. Bahkan cara khidmah juga ada sejak zaman Rasulullah. Dimana saat itu  Anas bin Malik menjadi khadim yang melayani berbagai keperluan Rasulullah. Anas hidup dalam pendidikan dan penjagaan Rasullullah. Karenanya Sahabat Anas menjadi perawi hadis dengan jumlah banyak yang kurang lebihnya 2.286 hadis. Hal ini secara fakta, contoh buah dari sebuah pengabdian yang ada sejak zaman Nabi SAW.

Sebagai santri atau alumni pesantren, kita bisa mengabdi atau berkhidmat dengan berbagai macam bentuk sesuai dengan kemampuan kita. Tema “Bersama Kita Mengabdi” yang diusung dalam memperingati Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Islam Jember ke-41 sangat tepat dan sesuai dengan kondisi santri saat ini. Dimana santri adalah bagian dari elemen masyarakat yang sangat ditunggu pengabdiannya. Santri dianggap lebih mampu mengamalkan nilai keislaman di tengah modernitas dan kondisi teknologi yang semakin maju. Santri-santri Nurul Islam yang dicetak menjadi insan moderat, menjalankan kewajiban juga mengamalkan sunah sebagaimana Ahlussunnah Wal Jamaah dinanti pengabdiannya dalam membimbing masyarakat agar tidak jauh daripada norma-norma keislaman.
(baca juga: Peran Kiai dalam Membentuk Mental Santri di Era Pandemi)

Maka hal-hal tersebutlah yang menjadi jawaban dari tanggung jawab pengabdian menjadi santri, misalnya jika santri yang seorang dosen, mengabdinya menjadi dosen dengan bentuk mengajarkan amar makruf nahi munkar yang adil dengan ikhlas. Menjadi santri yang dokter, maka mengabdi menjadi dokter yakni bisa membantu pengobatan para penderita sakit yang kurang mampu dengan ikhlas. Selain itu santri juga bisa mengabdi menjadi penegak hukum yang adil, menjadi politisi yang tidak korupsi, menjadi pengusaha yang jujur, dan lain sebagainya. Intinya mengabdi di situ adalah menjalan nilai-nilai keislaman dengan baik, yakni berlaku adil, tidak zalim dan ikhlas.

Terlebih apabila kita sebagai santri Nuris mampu dan tetap dapat mengabdi kepada pesantren dan kiai (Guru) secara langsung. Karena dengan mengabdi secara langsung, lahir dan batin kita akan tersambung  kepada kiai (Guru) juga secara langsung. Maka sangat luar biasa bagi santri Nuris yang tetap mengabdikan diri untuk seluruh waktunya untuk kiai dan Pesantren Nuris Tercinta.

(baca juga: Hukum Mencium Tangan Seorang Guru atau Ulama)

Sejatinya mengabdi itu suatu tindakan yang mulia, artinya bentuk ikhtiar manusia mencurahkan diri untuk yang lain. Mengabdi itu tidak mementingkan diri sendiri. Mengabdi bisa dilakukan melalui banyak hal. Inti dari mengabdi itu dapat bermanfaat untuk orang lain yang disertai dengan ikhlas. Tidak ada pengabdian yang berat, jika dilakukan dengan amanat. Tidak ada pengabdian yang sia-sia jika dilakukan dengan lapang dada.

Di sini semua santri Nuris berhak mengabdi tanpa terkecuali. Selama itu memberikan manfaat, mempermudah, memperindah, memberikan harum pada almamater termasuk bentuk pengabdian. Minimal tidak mencemarkan nama baik almamater (Pesantren Nurul Islam Jember).

Selamat Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Islam ke-41. Mari bersama-sama mengabdi dan berkhidmat kepada Kiai dan Pesantren Nurul Islam Jember tercinta dengan kemampuan yang kita punya.[]

*Alumnus MA Unggulan Nuris, Pesantren Nuris Jember tahun 2015

Related Post