Penulis: Ana Muthi’ah dan Rintan Setyo
Santri tidak hanya di kenal melalui keahlian membaca kitab kuning, dan mengaji Al Quran, tetapi juga berbagai ragam keilmuan lainnya. Saat ini sudah banyak santri yang berinovasi di berbagai bidang keilmuan, sebut saja Nailun, Zahro, dan Yuni siswa kelas XI SMA Nuris Jember ini, menggagas ide cemerlang berupa komik yang terinspirasi dari komika muslim Indonesia, yakni Sa’diyah Ma’ruf.
Komik tersebut diikutkan dalam lomba KIR PAI tingkat provinsi yang diadakan oleh Kemenag, dengan tema Moderasi Islam Nusantara bertempat di Surabaya.
Usaha dan kerja keras mereka membuahkan hasil, mereka dapat meraih juara 2 tingkat provinsi. Dan masuk pada grandfinal tingkat nasional, yang akan di selenggarakan pada bulan Oktober 2019.
( Baca juga: Ayu Novitasari Menulis Itu Prioritas dan Kebutuhan)
Berikut wawancara tim jurnalisik Ana Muthi’ah Fajriyah dan Rintan Setyo Minarti, dengan Nailul Amalia, Zahro, dan Yuni.
Apa tujuan Anda menciptakan komik ala Sakdiyah Ma’ruf?
Yang pertama tujuan kami mengikuti lomba ini sebagai media dakwah, untuk memahamkan pemikiran anti radikalisme secara utuh kepada perempuan Indonesia. Kedua, untuk mengikuti lomba KIR PAI tingkat provinsi yang di adakan oleh KEMENAG di Surabaya.
Mengapa Anda tertarik ingin membuat komik ala Sakdiyah Ma’ruf?
Karena saat ini terorisme melibatkan kaum wanita, kami sebagai peneliti merasa bahwa itu menjadi tanggung jawab tersendiri.
Apa isi dari komik ini?
Komik ini berisi tentang jihad dalam ranah yang lebih spesifik yakni menuntut ilmu. “Mending sekolahin anak sampai tinggi, ini juga jihad”.
Di dalam komik sakdiyah ma’ruf menjelaskan tentang kesalahfahaman orang-orang tentang makna jihad yang sebenarnya. Menurut radikalisme jihad itu seperti bom, teroris, tapi makna jihad yang sebenarnya bisa juga menuntut ilmu, berbakti kepada orang tua dan berbuat baik.
Apa usaha yang Anda lakukan sehingga dapat meraih juara ?
Dalam sebuah kelompok tentunya harus saling menerima pendapat antar anggota, mengutamakan kerja sama antar anggota agar mencapai tujuan yang sama, rela meluangkan waktu istirahat, dan yang paling penting adalah berdoa kepada Allah Swt.
Kesan apa yang Anda dapatkan ketika proses menulis KIR ini?
Pertama menjadi lebih paham makna radikalisme, merasa bersyukur atas usaha yang di lakukan selama ini dapat berbuah manis, juga senang karna telah di percaya sekolah untuk mengikuti lomba ini. Dengan adanya komik ini saya dan teman-teman dapat memahami satu sama lain.
(baca juga: Pidato Bahasa Arab Bukan Hal Yang Sulit)
Apa pesan Anda untuk teman-teman khususnya agar bisa menjadi juara?
Pesan kami untuk teman-teman jangan gampang putus asa, yakinlah bahwa usaha yang kita lakukan sungguh-sungguh akan menghasilkan hal yang baik dan dibalik kesuksesan seseorang pasti ada orang-orang hebat di belakang mereka.
Penulis adalah siswa SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik.