Oleh: Wanda Kabila*
Saat ini dunia sedang digaduhkan oleh Covid-19. Pandemi yang sudah bergulir selama hampir dua tahun tersebut masih juga belum menemukan pangkal akhir ceritanya. Aktivitas menjadi terbatas dan juga masyarakat dari semua kalangan diharuskan untuk menjaga jarak satu dengan yang lainnya. Namun, masa pandemi seperti sekarang ini, tidak menjadi penghalang untuk beraktivitas seperti biasa bagi khalayak santri khususnya pelaksana pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris) Jember.
Ketika hampir sebagian besar sekolah negeri dan swasta diliburkan atau sistem pembelajarannya diubah menjadi daring (online), Pesantren Nuris Jember yang notabene sebagai suatu lembaga pendidikan berbasis yayasan pesantren, tetap menjalankan rutinitas keseharian sebagaimana biasanya; pembelajaran tatap muka, termasuk kegiatan belajar mengajar di sekolah atau lembaga formal–meski tetap dengan upaya pembatasan dan prokes yang terkontrol.
Kendati demikian, ada beberapa perubahan aktivitas di Pesantren Nuris Jember ketika masa-masa pandemi. Semisal, diadakannya aktivitas baru seperti senam pagi, berjemur, menggunakan masker, mengkonsumsi madu dan vitamin, bahkan jadwal kunjungan orang tua atau wali santri pun dibatasi. Kegiatan-kegiatan itu, merupakan titah langsung dari KH. Muhyiddin Abdusshomad.
Beliau adalah syaihul ma’had (pendiri) sekaligus pengasuh pertama pesantren yang berlokasi di Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari tersebut. Beliau termasuk seorang panutan yang arif dan penyabar serta sangat mengayomi santri-santrinya. Beliau sangat memperhatikan santri-santrinya dari sebelum pandemi sampai detik ini.
Peran kiai atau guru di era pandemi seperti ini sangatlah penting bagi para santri dan segenap sivitas pesantren. Seperti memberi semangat kepada santri, memberi arahan tentang protokol kesehatan, tetap berikhtiar dan bersikap tenang tentang apa yang telah terjadi di masa pandemi.
(baca juga: Senam Pagi Sehat dan Rutin Istighosah, Siswa SMP Nuris Jember Tangkal Pandemi Covid-19)
Pada hari Kamis selepas dzuhur, tanggal 19 Agustus 2021, dua hari setelah hari kemerdekaan. Saya datang ke dhalem (kediaman kiai) menemui kiai untuk mewawancarai beliau. Kiai Muhyid berpesan kepada santri untuk tetap optimis dalam menghadapi pandemi. ”Ada dua usaha atau iktikad yang harus saya pesankan kepada para santri, ada iktikad lahiriyah (usaha yang bersifat badani) seperti patuh terhadap prokes dan aturan pemerintah dan juga ada iktikad bathiniyyah (usaha yang berlandaskan batin) seperti berdoa rutin setelah salat jamaah.”
Kiai Muhyid juga menjelaskan bahwa pandemi covid-19 bukanlah azab melainkan ketetapan (sunatullah). Beliau juga menyampaikan kepada saya sebuah hadis yang ketika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “Nabi Muhammad bersabda bahwa kematian yang disebabkan oleh penyakit menular (dalam hal ini adalah Covid-19 sebagai konteks realita dewasa ini) itu bernilai syahid (mati karena membela agama) bagi setiap muslim.” Hadis tersebut diriwayatkan oleh Anas Bin Malik, salah satu sahabat nabi.
Hal itu menegaskan bahwa pandemi adalah suatu ujian Tuhan kepada manusia. Sementara itu, saya juga bertanya kepada Kiai Muhyid terkait pembelajaran yang masih dilakukan secara konvensional meskipun sekolah-sekolah lain diliburkan atau dilakukan dengan daring.
Kiai Muhyid menjawab selaku penanggung jawab dan pimpinan tertinggi di Pesantren Nuris Jember, beliau menjelaskan dengan suara tegas dan berwibawa bahwa sebenarnya, pesantren adalah salah satu pos karantina mandiri, santri tetap ada di pesantren dan tidak pernah keluar masuk. “Secara rasional para santri sedang karantina mandiri, mereka juga selalu taat pada prokes. Hal itu mengisyaratkan ada semacam usaha menjaga diri dari pandemi meskipun pembelajaran sekolah tetap tatap muka.”
Obrolan kami semakin asyik, namun hari semakin siang. Kami sadar jika siang-siang biasanya digunakan kiai untuk beristirahat sebelum mengimami para santri untuk salat jamaah asar di masjid pesantren. Di akhir perbincangan, Kiai Muhyid menitipkan pesan sekaligus salah satu cara memotivasi santri. “Badai pasti berlalu, pandemi pasti akan reda. Tugas kita adalah bersabar dan selalu taat pada aturan-aturan pemerintah”.
*Penulis adalah siswa kelas XI TI Axioo SMK Nuris Jember, aktif di kegiatan jurnalistik