Menapaktilas Sejarah Peradaban Islam sebagai Mozaik Peradaban Dunia
Oleh: Achmad Faizal, S.S*
Le histore le repete
“Sejarah adalah kejadian yang selalu berulang”
Barangkali bukan lagi menjadi rahasia, jika saat ini paradigma tentang pusat peradaban dunia berada di benua biru, yakni Eropa. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan berpusat di sana. Banyak sekolah maju serta ilmuwan hebat lahir dari sana. Bahkan mungkin, dalam buku sejarah yang pernah kita pelajari di SMA disebutkan tentang revolusi Perancis yang mampu mempengaruhi sistem pemerintahan (eksekutif, yudikatif, dan legislatif) di seluruh dunia. Atau revolusi industri Inggris yang disebut sebagai momentum kemutakhiran teknologi di dunia, konon hal ini ditandai dengan adanya penemuan mesin uap oleh James Watt. Lalu, sejarah tentang renaissance atau enlightment ialah era pencerahan di negeri Barat, yakni era yang dijadikan tonggak sejarah kemajuan bangsa Eropa di segala aspek kehidupan mulai dari etika, estetika, dan sains. Seolah Eropa menjadi kiblat yang dijuluki dengan nama mater civilization ‘pusat peradaban’ yang diagungkan.
(Baca juga: Pesantren Nuris Jember Kedatangan Tamu Istimewa dari Makkah )
Lebih dari itu, sebenarnya apa yang kita baca saat ini tidak lain adalah faktor hegemoni Eropa yang belakangan ini menjelma menjadi negara-negara maju. Ternyata benar pernyataan Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika tersebut yakni, yang berkuasa yang menentukan sejarah. Mereka menguasai literatur dunia dan semua tentang Eropa. Kita sebagai umat muslim telah terbuai dengan strategi hipnotik mereka. Padahal, jika kita lebih bersikap skeptis dan membaca sejarah lebih mendalam, pasti pemahaman kita tentang peradaban dunia akan lebih kritis. Pernahkah kita bertanya, hal apa yang melatarbelakangi adanya renaissance pada abad ke-12 Masehi? Atau, di saat bersamaan dengan renaissance bagaimana peran dan sepak terjang Islam yang lahir lebih awal pada abad ke-6 Masehi kala itu? Mungkinkah renaissance ada hubungan erat dengan peran Islam?
Mari kita sejenak berwisata ke masa lampau melalui sejarah Islam dan perkembangannya. Sejak lahirnya Islam melalui Rasulullah Muhammad SAW, hanya dalam kurun waktu 23 tahun wilayah pesebarannya sudah sampai hingga seluruh jazirah Arab, Romawi, Mesir, dan Persia. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kehadiran Islam sebagai rahmatan lil alamin, telah menggiring manusia dari zaman kejahiliyaan menuju dunia yang penuh keberkahan ilmu dan akhlakul karimah. Estafet perkembangan Islam terus melaju pesat oleh sahabat Rasul—khulafaurrasyidin—yakni, khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Islam semakin menciptakan peradaban kehidupan yang cemerlang pada zaman Daulat Bani Umayyah, Daulat Bani Abbasiyah, dan Daulat Turki Utsmani. Selama 700 tahun atau 7 abad lebih, Islam memegang kendali tatanan kehidupan manusia yang semakin luas persebarannya dari daratan Afrika, Eropa, hingga sebagian Asia.
Seiring dengan pengaruh Islam yang meluas, tidak sekadar persebarannya saja tetapi juga masa Daulat kekhalifahan Islam tersebut sukses memunculkan tradisi intelektual melalui sains, teknologi, budaya, seni, dan sastra, arsitektur, apalagi ilmu agama. Bahkan, bahasa Arab sempat menjadi bahasa dunia atau lingua franca ‘bahasa pengantar perdagangan’ selama 7 abad. Oliver Leaman, pakar sejarah Cambridge University, menggambarkan kondisi kehidupan intelektual Islam pada masa Daulat Ummayah dan Abbasiyah sebagai berikut:
“….pada masa peradaban agung [wujud] di Andalus, siapapun di Eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiyah ia harus pergi ke Andalus. Di waktu itu banyak sekali problem dalam literatur Latin yang masih belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke Andalus maka sekembalinya dari sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi Islam di Spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dalam pengetahuan filsafat, sains, teknik dan matematika. Ia mirip seperti posisi Amerika saat ini, di mana beberapa universitas penting berada”.
Jadi, Islam terlebih dulu menerjemahkan pemikiran-pemikiran filsafat Plato, Aristoteles, Anaximenes—filsuf Yunani sebelum masehi—dan lain-lainnya menjadi hal yang praktis dan aplikatif. Lihat saja, ilmuwan muslim yang sangat diperhitungkan di dunia seperti: Al Khawarizmi ahli matematika; Jabir Hayyan ahli kimia; Ibnu Rusydi ahli astronomi; Ibnu Al Khaytam ahli fisika; Ibnu Sina ahli biologi, farmasi, dan kedokteran; Abu Nawas ahli filsafat dan sastra; Al Kindi ahli sejarah dan sosiologi; Al Ya’qubi ahli geografi; empat imam ahli hukum Islam yakni, imam Syafi’i, imam Ahmad ibn Hanbal, imam Maliki, dan imam Abu Hanifah; dan masih banyak lain-lainnya.
(Baca juga: Siswa MTs “Unggulan”Nuris Jember Raih Juara 1 Nadhom Imrithy Tingkat Nasional )
Kemutakhiran di bidang teknologi, Islam telah berkontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas. Dan tentu masih banyak teknologi modern yang saat itu ditemukan untuk kemajuan peradaban manusia di dunia.
Di bidang arsitektur Islam telah meninggalkan jejak kemegahan bangunan dengan arsitektur yang menawan seperti masjid Cordoba di Spanyol, masjid Taj Mahal di India, taman bergantung di Babylonia, perpustakaan Darul Hikmah di Kairo Mesir, Gapura Kota Paris, tatakelola kota di Swiss, Belgia, seni lukis, ukir, hingga tiba saat renaissance telah terinspirasi dari tradisi intelektual Islam. Bahkan, jika kita lebih membaca sejarah, Islam berpengaruh terhadap perkembangan seni dan arsitektur di Eropa terutama Perancis yang dibawa oleh Napoleon Bonaparte (lihat catatan, Hanum 2015).
Tidak cukup di situ Eropa kagum dengan peradaban Islam sehingga menginspirasi terjadinya renaissance. Menurut catatan Gerard dari Cremona, Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan sehingga muncullah momentum renaissance. Momentum ini merupakan kebangkitan Eropa dari kegelapan IPTEK, kemudian diikuti dengan runtuhnya Islam pada tanggal 13 Maret 1924.
Betapa dahsyatnya peran Islam dalam menciptakan peradaban dunia, bukan? Setelah Eropa berkuasa dan hingga saat ini mereka lah penguasa IPTEK dan pencipta sejarah serta menutup rapat kenyataan bahwa Islam lah mahaguru peradaban tersebut. Islam lah pembuka jalan gemilang yang menghindarkan pemikiran primitif menjadi ilmiah berlandaskan realita alquran dan hadits. Sudah saatnya pemuda muslim bangkit dan mengembalikan sejarah peradaban Islam berkibar kembali. Saatnya kalian, kita!
*Staff Pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di MA Unggulan Nuris Jember