Oleh: Ali Maulana*
*Penulis adalah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Alumni MA Unggulan Nuris Jember tahun 2016
Berbicara tentang islam di Indonesia tak lepas dari penyebutan nama Islam nusantara, Islam yang bermula dengan datangnya wali songo ke nusantara menyebarkan agama yang benar dari Allah melalui meditasi pengadopsian tradisi leluhur, tanpa adanya peperangan tetapi dengan cara lembut ramah dan santun. Namun akhir-akhir ini banyak terjadi kesenjangan-kesenjangan Islam di Indonesia yang terakomodasi oleh berbagai kepahaman, paham yang berbalik dengan kekhasan Islam nusantara.
Zaman mulai renta, pengaruh budaya kemodernan menjadi tren masa kini sehingga lupa pada dengan apa sejatinya nusantara. Media mulai merajalela, isu-isu muncul bergilir tanpa henti, fakta maupun hoaxpun tak dihiraukan lagi. Demikian dengan di kota budaya ini, meski telah di nobatkan menjadi kota yang masih asri dengan budayanya, paham Islam yang tidak sesuai dengan keislaman nusantara masih menjamur di kota ini, banyak doktrinan meraka menyerang para pemuda khususnya di dalam lingkungan kampus, tempatnya para intelektual penerus bangsa. Kaum mudalah yang menjadi sasaran empuk mereka, karena mahasiswa yang menimba ilmu hanya di kampus yang tak dibarengi dengan belajar agama, ilmu umumnya akan kalah.
(Baca juga: Ustadzah Pengusir Hantu )
Dengan diimbangai oleh ilmu agama maka para anak muda akan bisa memahami seluk- beluk kehakikatannya Islam sendiri, dan tak akan mudah terdoktrin oleh sekelompok paham yang bertentangan. Maka pesantren sangatlah menjadi acuan pertama untuk mendapatkan ilmu agama tersebut dan bisa mendidik akhlak mereka yang benar. Di pesantren,banyak pengkaji kitab-kitab kuning dan di dampingi oleh pembimbing guru yang ilmunya sangat mumpuni sehingga mereka bisa mengerti dan mengenal tentang perbedaan ( ikhtilaf ) dan memahaminya dengan dibangun kaidah dasar ushul fiqih dan ilmu agama lainnya.
Bisa kita saksikan bersama, para golongan yang berbeda sepaham dengan ajaran Islam yang Aslussunnah wal Jamaah, yang belajarnya dengan instan, dengan membaca yang berujukan internet, dan tidak jelas pada siapa gurunya mereka, akan tetapi dengan doktrikan yang kuat dan kesemangatan mereka, mereka mampu membujuk para pemuda intelektual yang tidak bisa memahami ilmu agamanya.
Oleh karena itu pondok pesantren sangatlah penting, untuk menjaga dari doktrin Islam yang salah dan menjaga akhlak diri guna untuk menata menjadi penerus pengurus bangsa Indosensia. Revolusi jihad guna untuk melindungi bangsa dari kaum penjajah telah dicetuskan mbah Hasyim Asyari serta para ulama’ lainnya, menandakan bahwa Islam dan para ulama’ sejatinya sangat berkewajiban dalam menjaga NKRI ini, bukan malah merusak NKRI dan mendeklarasikan kekhalifahan, apalagi yang berapa di tengah-tengah suasana kota dimana hiruk pikuk permasalah dunia ada.
(Baca juga: Gus Ipul: Berbanggalah Kalian Telah Mondok di Pesantren Nuris Jember!!! )
Dimanapun kapanpun tetap memegang ilmu agamnya, santri tetap santri dengan sikap yang harus mencerminkan keilmuannya dan tata krama atau akhlak sebagai seorang santri. Jadilah santri yang siap berjihad menyebarkan dan menjaga islam yang damai baik dunia nyata maupuan di dunia maya sosial media.(Red/Ali Maulana)