Cantik Dengan Jilbab

Cantik Dengan Jilbab

Oleh: Imam Sainusi*

 Agama Islam sangat memperhatikan masalah aurat. Dalam pandangan Islam, kewajiban seorang perempuan tidak hanya sekedar menggunakan pakaian, melainkan pakaian yang digunakan hendakalah menutup seluruh aurat. Hal ini sangat sesuai dengan fitrah manusia,   dimana aurat adalah harga diri dan kehormatan yang harus dijaga.

Dalam perspektif fiqih, seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan kedua tangannya. Karena itulah seorang wanita diwajibkan untuk mengenakan jilbab. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Al-Quran: ‘Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).

Dalam ayat lain dijelaskan:“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya dan harus mereka menutupka kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka….”(QS. An-Nur :31).

Hanya saja, sekalipun dalam pandangan syari’at jilbab menjadi suatu kewajiban, namun banyak kalangan yang telah terpengaruh dengan virus-virus liberalisme dan sekularisme sehingga mereka mengganggap bahwa jilbab bukan termasuk syari’at Islam, melaikan bagian dari budaya dan tradisi Arab.

Mereka berasumsi bahwa jilbab tidak wajib karena termasuk budaya Arab. Parahnya lagi, tertanya kewajiban menggunakan jilbat tidak hanya datang dari liberalis saja, namun anak-anak remaja pun juga ikut-ikutan enggan berjilbab dengan alasan dan logika yang menggelikan. Berikut beberapa alasan mereka yang enggan berjilbab dan sanggahannya.

Baca Juga 🙁Doa Pada Malam Lailatul Qadar)

Aku nggak mau jilbaban! Jilbaban itu kuno. | ”Lha itu zaman Flinstones, lebih kuno lagi, nggak pake jilbab.”

  • Tapi kan itu hal kecil, kenapa jilbaban harus dipermasalahin?! | ”Yang besar-besar itu awalnya dari hal kecil yang diremehkan.”
  • Yang penting kan hatinya baik, bukan melihat dari jilbabnya atau fisiknya! | ”Trus ngapain salonan tiap minggu? make-upan? itukan fisik? dan Islam meyakini bahwa iman itu bukan hanya perkara hati, namun juga ditampilkan dalam fisik atau praktek lahiriyah. Hati merupakan cermina dari lahiriyah. Jika lahiriyah rusak maka demikian pula hatinya.”
  • Jilbaban belum tentu baik. | “Betul, yang jilbaban aja belum tentu baik , apalagi yang tidak jilbaban.”
  • Saya kemarin lihat ada yang jilbaban nyuri! | “So what? yang nggak jilbaban juga banyak yang nyuri, ngak ada hubungannya tuh.”
  • Artinya lebih bail jilbaban hati dulu, buat hati baik! | ”Yup, fitur hati yang baik adalah jilbabin kepala dan tutup aurat.”
  • Kalo jilbaban masih maksiat gimana? Dosa kan? | ”Kalo nggak jilbaban dan maksiat dosanya dua. Malah yang nggak jilbaban itu dosanya besar.”
  • Jilbaban itu buat aku nggak bebas! | ”Oh, berarti lipstick, sanggul dan kesalon itu membebaskan ya?.
  • Aku nggak mau dibilang fanatik dan ekstrimis! | ”Nah sekarang kau sudah fanatik pada sekuler dan ekstrim tidak mau taat.”
  • Kalo aku pake jilbab, nggak ada yang mau sama aku! | ”Banyak yang jilbaban dan mereka nikah kok.”
  • Kalo calon suamiku nggak suka gimana? | ”Berarti dia tak layak, bila di depanmu dia tak taat Allah, siapa yang menjamin di belakangmu dia jujur? Dan ingatlah al-khobistaatu lil khobitsiin (perempuan rusak ditakdirkan dengan pria yang sama) demikian sebaliknya.”
  • Susah cari kerja kalo pakek jilbab! | “Lalu enggan taat pada perintah Allah demi kerja? emang yang kasih rizki siapa sih? Bos atau Allah?”
  • Kenapa sih agama Cuma diliat dari jilbab dan jilbab?| “sama aja kayak sekularisme melihat wanita hanya dari tingkat lekuk tubuh.”
  • Aku nggak mau diperbudak pakaian arab! | Jilbab itu bukan bukan budaya Arab, justru orang Arab dulu di masa jahiliyah gak pakek jilbab. Malah ketika thawaf mereka bugil kok. So, Syari’at jilbab ini bukan hanya untuk orang Arab sebagaimana ditegaskan al-Qur’an: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).
  • Jilbab Cuma akal-akalan pria manindas wanita! | Perasaan yang ngadain miss universe laki-laki deh, yang larang jilbab di prancis juga laki-laki.”
  • Aku nggak mau dikenalkan orang tentang apa yan harus aku pake! | “Sayangnya kamu sudah begitu. Tv, majalah, sinetron, mengandalkan fashionmu.”
  • Jilbab kan bikin panas, pusing, ketombean! | “Jutaan orang pake jilbab nggak peduli kata orang laen …!”
  • Jilbab nggak gaul?! | “Lha mbak ini mau gaul atau mau menaati Allah?”
  • Aku belum mau pake jilbab! | “Pake jilbab itu kaya nikah, pengalaman tidak diperlukan, keyakinan akan nyusul.”
  • Aku belum siap pake jilbab! | “Kematian juga nggak akan tanya kamu siap atau belum.”
  • Mamaku bilang jangan terlau fanatik! | “Bilang ke mama dengan lembut dan santun, bahwa cintamu padanya dengan menaati Allah penciptanya.”
  • Aku nggak akan bebas ke mana-mana, gak bisa nongkrong, clubbing, gosip, kan malu sama baju! | “Bukankah itu perubahan baik?”
  • Itu kan ngak wajib dalam Islam!? | “Kalo nggak wajib, ngapain Rasul perintahin semua wanita Muslim nutup aurat?”
  • Kasi aku waktu supaya aku yakin jilbaban dulu! | “Yakin itu akan diberikan Allah kalo kita sudah mau mendekat, yakin deh.”

Itulah sekian banyak alasan yang dikatakan gadis remaja zaman sekarang. Kalau kita perhatikan, sebenarnya alasan yang mereka kemukakan sama sekali tidak logis dan terkesan dipaksakan, hanya untuk mendukung pendapat mereka menolak jilbab. Seperti alasan bahwa banyaj oran berjilbab yang berperilaku tercela. Maka kita katakan, kalu ada orang berjilbab melakukan perbuatan tercela, apakah jilbabnya yang akan disalahkan?

Karena itulah bagi anda yang belum berjilbab, renungkanlah dengan mendalam sehingga anda akan menemuka kesimpulan nahwa alasan dan logika mereka sangat mudah sekali dipatahkan, sebagaimana dipaparkan di atas.*

Related Post