Wanita Dan Putri Malu
Oleh: Nur Hamidah/MN
Tanaman putri malu atau dalam istilah saintifiknya ‘Mimosa pudica’ (Sensitive Plant) (pudica = shy), adalah suatu tumbuhan renek berduri yang sering dianggap menyusahkan dan sering tidak dipedulikan tetapi sifat yang tersirat dan pemalunya seharusnya dijadikan contoh para wanita.
Firman Allah SWT :
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَا طِلاً
“Tidak Allah jadikan sesuatu itu sia-sia.” (QS.Ali Imran: 91).
Malu adalah salah satu sifat mahmudah yang seharusnya ada dalam diri setiap insan terutamanya seorang wanita muslim. Ia penting sebagai benteng untuk menjaga iman kita dari terkikis oleh perkara yang mungkin boleh Fatimah terkejut. Rasulullah menyambung ucapannya lagi. Para wanita hendaklah mengambil pelajaran dari pada pohon putri malu ini dari 4 aspek.
(Baca juga: Pengasuh Lepas Santri Kuliah, Semoga Raih Masa Depan Baik)
Pertama, pohon putri malu akan mengatup apabila disentuh. Ini boleh diibaratkan bahwa wanita perlu mempunyai perasaan malu (pada tempatnya).
Kedua, putri malu mempunyai duri yang tajam untuk mempertahankan dirinya. Oleh sebab itu, wanita perlu mempunyai pertahanan yang kuat untuk mempertahankan diri dari gangguan.
Ketiga, putri malu juga mempunyai akar tunggal yang sangat kuat dan mencengkram bumi. Ini bermakna wanita hendaklah mempunyai keterikatan yang sangat kuat dengan Allah SWT.
Dan yang keempat dan terakhir sekali, putri malu akan mengatup dengan sendirinya apabila senja menjelang. Bermakna, para wanita sekalian, kembalilah ke rumahmu apabila waktu semakin senja.
Jadi, ambilah pelajaran dari putri malu walau pun ia hanyalah tumbuhan renek yang melata tetapi sifat malu tetap terjaga, senantiasa mempertahankan harga diri dan pandai menjaga diri.
Sabda Rasulullah SAW yang cukup indah : “malu itu baik semuanya.”(HR.Bukhari)
Malangnya, perasaan malu yang dianugerahkan oleh Allah SWT itu disalurkan pada tempat yang salah. Contohnya malu bertanya waktu belajar di dalam kelas, malu untuk menutup aurat dan malu berbuat baik.
Wanita sepatutnya malu dengan Allah SWT jika ingkar akan perintah-Nya, malu dengan Rasulullah saw jika meninggalkan sunnah-Nya, malu karena lupa atau malas membaca Al-Qur’an, malu karena tidak menghormati guru serta ibu bapak, malu karena melakukan maksiat, dan yang penting malu dengan dosa-dosa kita.
Ambillah pelajaran dari pohon Putri Malu ini agar diri tidak terus terjerumus ke lembah maksiat akibat hilangnya perasaan malu itu. sebenarnya malu itu adalah lambang kepada nilai keimanan seorang muslim. Jika malu itu 50% daripada Iman, mana 50% lagi. Yang selebihnya adalah Taqwa. Malu dan Taqwa adalah perpaduan sifat yang menjadikan seseorang mempunyai 100% keimanan. Taqwa bermaksud bukan saja takut kepada Allah tetapi lebih daripada itu ‘kerjakan apa saja yang diperintahkan dan tinggalkan apa yang dilarang’
Sabda Rasulullah saw, “Malu dan iman itu adalah teman seiring dan sejalan. Jika yang satu diangkat niscaya terangkat pula yang satu lagi.” (HR. Al-Tabarani)
Kisah Rasulullah saw bersama anaknya Fatimah di atas boleh dijadikan pedoman untuk semua wanita agar berusaha menjadi seorang wanita shalihah. Wanita yang tingkah lakunya bagus, masyarakat akan menilai baik dengan sendirinya. Seorang wanita pemalu yang kaya dengan iman dan jiwa yang kuat. Pandangannya selalu tunduk terhadap perkara yang tidak sepatutnya dilihat, menjadi bijaksana, tutur kata dan tingkah-lakunya sopan, yang pasti akan mengundang pandangan mulia oleh orang lain.*