Simposium Nasionalisme Santri Asal Thailand di Pesantren Nuris Jember
Pesantren Nuris – Sebagai santri rantau dari negeri seberang, lebih tepatnya Provinsi Pattani, Thailand, mereka tetap menjaga jiwa nasionalisme terhadap bangsanya. Sulfa Manni’, santri asal Thailand senior yang hampir genap 3 tahun nyantri di Pesantren Nuris Jember mengakomodisasi simposium bartajuk “Kecintaan Bangsa dan Nasionalisme” (30/10/2017).
“Meski kami menempuh pendidikan di Indonesia, Pesantren Nuris Jember, kami tetap berupaya memupuk nasionalisme. Melalui kegiatan simposium rutin ini, kami dapat bertukar pikiran dan memperluas wawasan kami terhadap sejarah Thailand.” Kata Sulfa.
(baca juga: Kue Canai, Cara Santri Asal Thailand Mengisi Libur Akhir Pekan)
Materi tentang sejarah Negeri Gajah Putih dan khususnya masuknya Islam ke daerah Selatan Thailand adalah pengetahuan wajib yang harus dikuasai seluruh santri asal Thailand. Buku yang telah mereka dapat dari Thailand, atau hibah dari komunitas pelajar asal Thailand di Indonesia, mereka pelajari dan diskusikan.
Seperti yang telah diketahui, kurun waktu 3 tahun terakhir, Pesantren Nuris Jember telah dimasuki puluhan santri rantauan tersebut. Mereka adalah Sulfa Manni’ (kelas XII PK B), Hilmi Disaae, Nurhayatee Yusoh, Mahnawawee Yakoh, Ratsmee Waeyusoh, dan Muhammad Rosalee Matong dari kelas XI PK B MA Unggulan Nuris.
Yang lainnya adalah Aimron Lateh, Firdao Salaeh, Ilhammuddin Lateh, Sulkiflee Aleemama, Tatcharee Sulong, Muhammad Saareef Jeh-Arlee, Sitiarminah Toh-ae, Firdao Disaae, Mr. Nururddeen U-seng, dan Miss. Iffah Chero. Mereka semua kelas X PK B MA Unggulan Nuris.
(baca juga: Dua Tahun Nyantri di Nuris, Santri Asal Thailand Ini Bisa Ngajar di Pesantren)
Sementara itu, santri asal Thailand yang berada di MTs Unggulan Nuris yakni, Rusaada Tetae (kelas VIII), dan Zawan Tetae (kelas VII).
Puluhan santri asal Negara beribu kota Bangkok tersebar di lembaga MTs dan MA Unggulan Nuris. Mereka belajar dan nyantri ke Pesantren Nuris Jember untuk memperdalam ilmu Alquran, fiqih, hadits, kitab klasik, Aswaja, dan ilmu umum juga seperi matematika, bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Indonesia dan lain-lain.
Di sela kesibukannya sekolah dan mengaji di Nuris, mereka menyempatkan berkumpul untuk mengadakan simposium sederhana tersebut. Meski cukup lama di Indonesia, mereka tetap belajar dan memperdalam nasionalisme soal Thailand. Bahkan, beberapa dari mereka ingin melanjutkan di Indonesia untuk perkuliahannya.
“Ya, kami tetap akan melanjutkan pendidikan di Indonesia. Sebab pendidikan terkhusus Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang pas di sini. Nanti, setelah kami meraup banyak ilmu, baru kami akan membangun bangsa kami dengan baik.” Ungkap Sulfa, santri yang pernah ngajar Diniyah saat PAM (Program Abdi Masyarakat) tahun lalu.[AF.Red]