Gumukku, Gumukmu, Gumuk kita
Penulis: M. Izzul Aroby*
Sejenak, marilah kita istirahat dengan segala rutinitas yang menjenuhkan, dan sedikit menikmati alam ciptahan Tuhan. Salah satu pesona alam kebanggaan warga jember adalah gumuk. suatu gundukan yang tidak setinggi gunung dan tersebar diwilayah Jember bagian utara. beruntung sekali kita ( warga Jember ), dibumi ini hanya tiga tempat yang mempunyai gumuk, yaitu Jember, Tasikmalaya, dan Jepang.
Gumuk jember sangat istemewa, materialnya penyusunnya mengandung batu piring yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, tidak heran jika banyak gumuk ditambang untuk mengeksploitasi kandungannya.
Konon jumlah gumuk ditahun 1998 mencapai 1666 gumuk, dan ditahun 2016, jumlah gumuk ditaksir hanya mencapai 600-an. Sungguh ironi yang memilukan. Tidak menutup kemungkinan untuk beberapa tahun kedepan, jumlah gumuk akan terus menyusut. Berbagai perda telah dibuat, berbagai orasi telah dilakukan, tetapi ada daya, dengan berbagai dalih yang dirasa masuk akal, gumuk tetap dibabat.
(baca juga: Pemuda Berbudaya Santri, Berpikiran Modern)
Jika ditelisik lebih lanjut, gumuk mempunyai peranan yang sangat penting untuk bagi kehidupan warga sekitar, gumuk ada sebagai pasak bumi, gumuk juga menyimpan cadangan air bagi ekosistem sekitar, dan yang terpenting, gumuk ada untuk memecah angin yang datang dari lereng Gunung Raung dan Argopuro.
Bukankah dahulu jarang sekali terjadi angin kencang diwilayah Jember ? tetapi lihatlah sekarang, angina kencang sering terjadi diwilayah Jember, beberapa pendapat menyebutkan bahwa perstiwa tersebut adalah akibat dari menyusutnya gumuk yang ada diwiliyah Jember dan sekitarnya.
Menyelesaikan masalah tentang gumuk tidak semudah hanya berorasi dan meyampaikan aspirasi, tetapi bukankah setiap masalah pasti mempunyai solusi ?
(baca juga: Lebih Dekat dengan Bung Karno)
Komitmen bersama adalah kuncinya. Bagi yang mempunyai kekuasaan, aturlah regulasi gumuk dengan tepat. Bagi mahasiswa, berikanlah pandangan pada para pelaku eksploitasi tentang pentingnya gumuk bagi lingkungan, bukankah mahasiswa adalah agent of control. Juga bagi masyarakat, marilah kita hentikan eksploitasi gumuk ini.
Yakinlah, dengan menjaga alam, maka alam akan menjaga kita.
*Mahasiswa Politeknik Jember, alumni MA Unggulan Nuris tahun 2017