Makna Keluarga di Sebuah Novel Epik
Peresensi: Tamamun Ni’mah*
Judul Buku : Ketika Aku Masih Bernafas
Penulis : Risa Saraswati
Penerbit : PT. Bunaken Kreatif Cipta
Cetakan : ke-4
Tebal Buku : 206 halaman
Tahun terbit : Oktober 2017
Ringkasan:
Dahulu di Netherland hidup sepasang suami istri bernama Johan dan Maria. Mereka memiliki putra bernama William. Mereka adalah keluarga yang sangat kaya akan tetapi Ibunya tak pernah menginginkan kedatangan William. Ibunya hanya sibuk menyombongkan kekayaannya kepada teman-temannya hingga William tidak pernah dianggap ada oleh Ibunya. Suatu ketika mereka memutuskan pidah ke Bandung. Setelah lama di Bandung, kemudian Bandung dijajah oleh Jepang. Pada akhirnya William mati karena terpenggal kepalanya. Dan dia mengatakan “Aku adalah jiwa mati paling berbahagia, hidup sesungguhnya dimulai saat aku tidak lagi bernafas”.
Kelebihan
Novel berjudul “Ketika Aku Masih Bernafas” dapat menyadarkan bahwa orang beruntung adalah orang yang medapat kasih sayang seorang Ibu, tidak seperti William yang lebih menyukai kehidupannya setelah dia tidak lagi bernafas. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam novel tersebut mudah dipahami oleh pembaca, sehingga pembaca bisa menangkap maksud penulis dengan mudah.
(baca juga: Resensi Buku Masail Santri dan Kalam Hikmah Para Masyarakat dan Alumni Lirboyo)
Kekurangan
Novel berjudul “Ketika Aku Masih Bernafas” memiliki tampilan yang kurang menarik. Sebab jarang sekali dijumpai gambar-gambar dalam novel tersebut, sehingga membuat pembaca jenuh dan kurang bisa berimajinasi tentang latar atau setting dalam cerita.
Nilai Buku
Novel berjudul “Ketika Aku Masih Bernafas” bisa dibaca oleh semua kalangan. Sebab novel tersebut mengajarkan begitu berharganya kebersamaan bersama keluarga. Harta paling berharga adalah keluarga.
*penulis adalah siswa kelas X D SMA Nuris Jember, anggota website pesantrennuris.net