Segala informasi yang ada, baik berupa tulisan maupun perkataan disebut dengan kabar. Yang termasuk di dalamnya “Hoax” atau pemberitahuan palsu untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengar tentang suatu hal (Robert Nares, 1753-1829). Salah satu cara untuk mendapatkan ketenangan adalah dengan jujur. Sedangkan dalam setiap pemberitaan akan memiliki dua hal yakni positif dan negatif. Semua itu berhubungan dengan empat hal.
Pertama, yaitu telinga. Telinga merupakan satu-satunya indra pendengar. Segala hal yang terucap dari diri sendiri ataupun dari orang lain akan terdengar oleh telinga, entah berupa hal baik atau hal buruk sekalipun. Hanya saja bagaimana cara seseorang itu menanggapi aoa yang ia dengar sesuai dengan fakta yang terjadi.
(baca juga: Tips Membagi Waktu yang Tepat Ala Santri Nuris)
Ketika mendengar kabar negatif tentang sesuatu hal, seharusnya jangan mempercayainya secara langsung. Karena bisa jadi orang yang mengucapkan sedang merencanakan atau melakaukan tindakan yang berujung merugikan orang lain. Begitu juga ketika mendengar kabar negatif tentang diri kita sendiri, kita bisa mengambil tindakan yang sama.
Kedua, adalah mata. Mata mempunyai kedudukan yang sama seperti telinga, yaitu sumber utama yang yang berguna untuk melihat. Apa yang kita lihat dengan apa yang kita dengar keduanya akan berujung kepada pemahaman. Semua informasi harus dipilah sesuai dengan kebenaran dan kepalsuannya. Karena, jika tidak, maka akan berdampak pada yang ketiga.
(baca juga: Tips Ajaib Rapikan Pakaian Lungset tanpa Setrika Ala Santri Nuris)
Ketiga, adalah hati. Hati yang hakikatnya bersih dan suci bisa ternodai dengan sebuah pikiran. Juga dapat terpengaruh pada apa yang kita pahami dari mendengar dan membaca. Sikap seorang pun dapat berubah sesuai keadaan hati. Dan semua yang ada di dalam hari bisa tampak melalui hal yang terakhir yaitu mulut. Mulut merupakan akhir dari segalanya. Mulut akan mengatakan apa yang ada dalam pikiran dan hati. Sama halnya dengan teko, akan mengeluarkan apa yang ada di dalamnya.
Penulis artikel tersebut adalah Miftahul Afkarina. Penulis adalah alumni MA Unggulan Nuris lulusan tahun 2017 dan menjadi anggota redaksi Majalah Nuris.