Pedagogik for Cyber Police

*Penulis: Ayu Novita Sari dan Tamamun Ni’mah

ICT (Information and Comunication Technology) merupakan payung besar terminologi yang mencangkup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Terdapat dua aspek dalam ICT (Information and Comunication Technology) yakni, teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, dan pengelolahan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke yang lainnya. Dengan kata lain, ICT adalah teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.

ICT (Information and Comunication Technology) telah berkembang di berbagai negara, salah satunya adalah Indonesia. Perkembangan ICT di Indonesia pada abad ke-21 ini memudahkan manusia untuk melakukan berbagai akivitas yang bersifat positif maupun negatif. Di Indonesia, ICT (Information and Comunication Technology) telah banyak diimplementasikan di berbagai bidang, sehingga penting untuk dikuasai baik pemahamannya, pengetahuannya, pemanfatannya, maupun penciptaannya.

Perkembangan ICT (Information and Comunication Technology) yang begitu pesat memang memberikan kesempatan bagi semua orang untuk mengakses secara realtime informasi terkini yang terjadi di belahan mana pun dan tidak ada batasan sama sekali (borderless). Namun demikian, ternyata di sisi yang lain ternyata perkembangan ICT (Information and Comunication Technology) sangat berbahaya karena dikhawatirkan dengan begitu kencangnya aliran informasi tersebut menyebabkan jati diri dan budaya bangsa ikut luluh lantah. (Kasemin, 2015).

Kemudahan akses internet dan informasi dapat memicu berbagai permasalahan salah satunya cybercrime. Cyber crime adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi (Hamidin, 2010). Cybercrime memiliki beberapa bentuk di antaranya kejahatan yang terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah (Unaithorized Acces), kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang suatu hal yang tidak benar atau tidak etis (Illegal Contents), penyebarab virus secara senagaja, dan pemalsuan data (data foreign) (Hamidin, 2010). Perbuatan tersebut merugikan dan menimbulkan ketidaknyamanan di masyarakat,s erta bertentangan dengan moral masyarakat, dan perbuatan tersebut dapat terjadi lintas negara.sehingga melibatkan dari satu yurisdiksi hukum.

Berdasarkan berbagai kejadian pada beberapa tahun ke belakang, Indonesia merupakan negara yang lemah cyber-securitynya. Hal ini dapat diketahui dari maraknya berbagai kejadian, salah satunya adalah peretasan terhadap data kartu debit nasabah sebuah bank karena hacker berusaha menyusup ke sistem pengamanan kartu nasabah bank yang terjadi pertengahan Mei 2014 menjadikan catatan betapa buruknya cyber-security di Indonesia. Satu fakta yang mengejutkan datang dari perusahaan monitoring internet Akamai yang mengungkap bahwa kejahatan internet di Indonesia meningkat dua kali lipat. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi pertama negara berpotensi menjadi target hacker, menggantikan Tiongkok. Dari 175 negara yang diinvestigasi, Indonesia berkonstribusi sebanyak 38 persen dari total sasaran trafik hacking di internet. Angka ini meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan internet di Indonesia. Menurut David Belson dari Akamai Research, kecepatan internet tidak memiliki hubungan dengan potensi besar kejahatan internet yang mengancam Indonesia. Aksi hacking lebih dikarenakan lemahnya sistem keamanan internet dan komputer di Indonesia.

Oleh karena itu, diperlukan keamaan untuk ICT (Information and Comunication Technology). Pemerintah sebagai pihak pertama yang memegang keamanan ICT (Information and Comunication Technology)  memerlukan sistem keamanan yang mampu menangani cybercrime berupa pengamanan cyber security. Pemerintah dapat melakukannya dengan menggelar kompetensi “Bron to Control” yang mengambil topik tentang keahlian dalam keamanan cyber. Pemerintah juga bekerja sama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika. Kompetisi ini diselenggarakan untuk menjaring talenta keamanan cyber Indonesia dan mengolahnya menjadi SDM (Sumber  Daya Manusia) yang berkualitas. Hanya pemenanglah yang akan memiliki kesempatan memperoleh beasiswa, hadiah, kesempatan magang serta kesempatan bertemu dengan bos-bos perusahaan ternama.

Menindaklanjuti program yang sudah dilakukan oleh pemerintah dengan dibangunnnya pedagogik bagi para mahasiswa yang terpilih menjadi kandidat yang terjaring melalui audisi tersebut bisa membantu program pemerintah dengan mudah. Para kandidat akan diajarkan bagaimana cara menjadi cyber police yang akan mengamankan keamanan cyber di Indonesia. Seperti cybercrime yang kini telah merajaela menjadi dalang kejahatan komputer yng melauli internet. Pedagogik for cyber police ini akan menjaring para kandidat yang akan menjadi cyber security yang memiliki talenta dalam pengamanan ICT (Information and Comunication Technology) di Indonesia.

Rencananya Pedagogik for Cyber Police ini akan memiliki program-program dalam berbagai segi bidang yang akan membuat kandidat mengerti tujuan utama sekolah ini. Adapun program-program yang akan dilaksanakan adalah:

(baca juga: Peran Game Sebagai Sarana Tingkatkan Kecintaan Remaja Terhadap Budaya Bangsa)

Keamanan dalam Segi Ekonomi

Ekonomi adalah salah satu alasan pemerintah harus  mengadopsi ICT (Information and Comunication Technology) untuk Indonesia. Kebutuhan ekonomi setiap saat diperlukan untuk masa sekarang maupun masa depan. Oleh karena itu seorang calon tenaga kerja yang salah satunya memiliki kemampuan di bidang ICT (Information and Comunication Technology). Hal inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah untuk menjadikan ICT (Information and Comunication Technology) sebagai study ilmu computer dalam pendidikan.

Keamanan dalam Segi Pedagogik

Potensi telah berkembang pesat dengan kemajuan dalam ICT (Information and Comunication Technology). Awalnya ICT hanya untuk para pelajar tertentu, namun sekarang lingkupannya lebih luas melalui aktualisasi dan realisme unrtuk dapat membawa sumber daya baru. Ini akan mendukung perkembangan tingkat kemampuan berfikir secara analisis dan sintesis yang menurut mereka cocok untuk kehidupan realitas mereka nanti.

Keamanan dalam Segi Sosial

Fasilitas ICT (Information and Comunication Technology) menjadi prasyarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Keterampilan dan proses mendukung ICT (Information and Comunication Technology) yang ada dalam kebutuhan masyarakat. Masyarakat akan menderita jika tidak menggunakan ICT sebab abad ke-21 ini semuanya tersedia online. Manfaat yang lebih luas adalah akan mengalirkan hubungan sosial yang lebih baik.

(baca juga : Pondok Pesantren sebagai Solusi Penyalahgunaan Internet)

Melihat minimnya anggota cyber police di Indonesia, membuat dunia mengeleng-geleng kepala karena jumlah personil yang menangani kejahatan cyber crime di Indonesia. Jumlah ini tidak sebanding dengan jumlah kejahatan cyber crime itu sendiri. Menurut penuturan Bareskrim polri komhes (pol) Agung Setya,  Pada akhir  tahun 2015  jumlah personil cyber police  hanya ada 18 orang. Sementara kalau kita melihat cyber police yang menangani cybercrime di negara Tiongkok jumlah personilnya mencapai 1800 orang dibandingkan cyber police di Indonesia. Padahal jika kita melirik kejahatan cyber crime di Indonesia yang telah ditulis di sebuah media nasional tahun 2015 tidak tanggung-tnggung Indonesia menempati salah satu tingkat kejahatan cyber crime tertinggi di dunia.

Menindak lanjuti hal tersebut dengan adanya pedagogik (study) for cyber police akan mengasah calon cyber police Indonesia. Program-program yang telah tertera di atas adalah fokus utama melawan cyber crime, bisa dikatakan program unggulan. Setidaknya para personil cyber police Indonesia berasal dari setiap kota di Indonesia, bukan hanya kota besar tetapi juga kota kecil di Indonesia. Akan menguntungkan jika setiap kota mengirimkan setidaknya minimal 50 orang untuk dikirim menjadi personil di pedagogik cyber police pusat di Indonesia. Jika program ini terlaksanan secara lancar maka pedagogik ini akan menjadi study yang akan mengurangi cyber crime di Indonesia.

Fasilitas yang disediakan juga tidak biasa. Cyber police akan difasilitasi alat-alat yang dapat membantu kerja cyber police, di antaranya alat pendeteksi, alat program dan gedung. Alat pendeteksi berfungsi untuk menginformasikan kepada cyber police daerah yang terjerat cybercrime. Alat program, seluruh alat elektronik yang disediakan untuk memperlancar proses kegiatan entah itu perangkat keras atau lunak. Gedung belajarmya pun juga akan terjamin keamanannya,contohnya anti peluru dan hanya personil dan para menejemen yang bisa memasuki dengan cara memasukkkan sensor atau pasword yang telah di tentukan. Cara kerja cyber police juga harus mengikuti program yang sudah ditentukaan tetapi tidak mengekang kekreatifan personil seperti ide, gagasan, dan pemikiran penciptaan inovasi baru.

Manfaat pedagogik cyber police secara umum mengetahui tingginya cyber crime di Indonesia antara lain:

Mengasah bakat, kreatifitas, seni berpikir tentang kemajuan teknologi.

Memberikan rasa tanggung jawab dan cerdas dalam menangani kejahatan ICT (Information and Comunication Technology)

Menciptakan inovasi keamanan baru untuk study cyber police.

Mengetahui tingginya cyber crime. Pedagogik for cyber crime ini akan hadir dengan segala program dan personil yang bermutu. Fasilitas yang disediakan dan cara kerja semua alat akan membantu proses kerja personil cyber police. Oleh karena itu, lancarnya program study ini akan memajukan teknologi di Indonesia, sekaligus mengurangi cybercrime di negeri ini.

Daftar Rujukan

Adriyanti Hanrini. 2014. Cyber Security dan Tantangan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:Jurnal Politica. Vol. 5,No. 96.

Kasemin,Kasiyanto. 2015. Agresi Perkembangan Teknologi Informasi. Jakarta: Prenamedia Group

Hamidin. 2010. Tips dan Trik Kartu Kredit; Memaksimalkan Manfaat dan Mengelola Risiko Kartu Kredit. Yogyakarta: PT Buku Kita

*Essai yang berjudul Pedagogik for Cyber Police ini berhasil menjadi 7 essai terbaik dalam ajang SMENTION 2018 kategori Ide di SIT Insantama. 

Gambar Ayu dan Tamamun ketika presentasi essai di babak final.

Related Post