*Penulis: Rofiatul Ananda
Istilah “ngabuburit” bukanlah istilah yang asing di telinga masyarakat Indonesia. Pasalnya istilah tersebut sering digunakan ketika sedang menunggu waktu maghrib atau berbuka puasa di bulan Ramadhan. Pada dasarnya istilah ngabuburit berasal dari bahasa Sunda “Burit” merepresentasikan waktu yang berarti sore, senja, atau menjelang Maghrib. Ngabuburit selalu menjadi trending topik di bulan Ramadhan.
Terkadang terdapat perbedaan antara orang satu dengan yang lain dalam mengisi kegiatan ngabuburit. Kebanyakan orang yang tinggal di kota menunggu waktu berbuka puasa dengan melakukan banyak kegiatan positif. Seperti jalan-jalan ke suatu tempat (taman, dll) bersama kerabat keluarga atau sahabat / teman, untuk sekedar menghabiskan waktu sambil menunggu Adzan Maghrib tiba. Lalu juga ada yang menghabiskan waktu dengan beritikaf di masjid. Kemudian juga ada yang berbelanja kebutuhan lebaran. Dan sebagian lainnya melakukan kegiatan hang-out bersama dengan sahabat / teman, dan lainnya.
(baca juga: Optimis Biar Makin Manis)
Contoh positif lainnya dari kegiatan Ngabuburit yang kebanyakan ada di desa dan mungkin masih eksis sampai saat ini yaitu dengan melakukan permainan tradisional bersama teman-teman sebaya. Misalnya saja bermain sepeda bersama, meskipun itu sepeda jengki ataupun sepeda ontel. Selain itu, Ngabuburit di desa juga diisi dengan bermain petak umpet, bentengan, meriam-meriaman yang terbuat dari bambu yang diisi dengan karbit lalu disulut api sehingga menghasilkan suara dentuman yang cukup keras, dan juga melakukan permainan singkongan yang hampir mirip dengan permainan tak kadal lubang.
(baca juga: Halaman Pertama Buku Ramadlan dan Hari Buku Nasional 2018)
Agama Islam sebenarnya tidak mengenal istilah Ngabuburit, atau istilah lainnya yang merujuk pada kegiatan serupa sambil menunggu waktu berbuka puasa. Terlebih lagi melakukan kegiatan Ngabuburit yang menyalahi aturan agama, sehingga merugikan orang lain dan dapat membatalkan puasa. Jika saat ini, istilah Ngabuburit dan beragam kegiatannya ada. Hal ini dikarenakan proses dari majunya zaman dan penyebaran informasi yang begitu masif.
Penulis merupakan siswa SMA Nuris Jember kelas X A yang juga aktif di ektrakurikuerjurnalistik website dan juga Msains Mtematika.